Tentang Ketertiban di Transportasi Umum

Sering mengeluh tentang betapa sulitnya orang Indonesia tertib, terutama di tempat umum? Saya juga sering. Heuheu. Akan tetapi, perlahan saya mulai memahami akar masalahnya karena sering naik transportasi umum.

Ya, terakhir sih 2 bulan yang lalu. Siapa sangka saya balik dari kuliah Kebijakan Publik hari Kamis malam sambil hujan-hujanan itu adalah terakhir kali saya naik KRL setidaknya sampai sekarang?

Oke, skip dulu curhatnya. Tapi begini, seburuk-buruknya KRL di weekday, sesungguhnya lebih parah di weekend. Itu kalau menurut saya. Separah-parahnya di Tanah Abang mau jam berapapun, orang-orang yang selow di tangga dan bahkan di tangga berjalan itu umumnya terjadi ketika weekend.

Demikian pula dengan MRT. Kalau kita ikutan wisata MRT di Sabtu atau Minggu, selain kepadatan nggak kira-kira, perilaku manusianya juga nggak karuan. Hal itu berbeda kalau kita naik MRT di hari kerja.

Nih, saya punya buktinya. Rapi sekali.

Kenapa itu terjadi?

Dugaan saya, ini adalah soal kebiasaan. Di weekday, para pengguna adalah pengguna rutin yang tiap hari ya menggunakan moda yang sama. Setidak terburu-burunya mereka, sudah ada pemahaman perihal perilaku yang seharusnya dilakukan. Saya bilang tadi, seburuk-buruknya Tanah Abang, kalau weekday itu satu-dua doang orang yang diam di sebelah kanan tangga berjalan atau santai-santai di tangga manual.

Jadi, para pengguna rutin itu sudah tahu aturan dasarnya. Di MRT cenderung lebih tertib lagi kemungkinan karena faktor pendidikan dan pekerjaan dari para penumpang. Pemandangan antre serapi di foto tadi adalah hal biasa di stasiun MRT manapun dan jam berapa saja peristiwa itu ada asal pas hari kerja.

Boleh jadi karena cukup pendidikan dan cukup pengetahuan, para pengguna MRT di kala weekday ini jauh lebih tertib dan bisa sekali membuat MRT Indonesia serapi di Singapura atau Hong Kong.

Kesimpulan sementara saya adalah tatanan itu tidak dimengerti para pengguna sekali-sekali yang umumnya menggunakan moda transportasi umum itu di kala weekend alias hanya Sabtu-Minggu atau hari libur saja. Karena tidak mengerti, jadi suka bingung. Ya mending kalau bingung lalu diingatkan terus minggir atau membenahi diri. Masalahnya, kalau penumpang weekend itu suka enaknya sendiri. Kalau ditegur, suka sengak dan malah marahin yang negur.

Kan asem.

Hal yang serupa juga saya dapati ketika naik TransJakarta. Kalau jam 8 atau 9 di setiap halte ramai sekitar Sudirman itu kelihatan kok ketertiban orang-orang antre keluar dengan membentuk barisan atas dasar kesadaran sendiri. Paling kondang ya halte Dukuh Atas yang sempit tapi hub penting jadi kalau sore antrenya bisa mengular sampai atas dan antreannya terbentuk tanpa masalah.

Jadi intinya sih kebiasaan dan lingkungan. Hal itu sebenarnya sudah terbentuk ketika weekday namun seringkali bablas kala weekend.