Lost in Bangka (10): Danau Kaolin

LOSTINBANGKA_DANAUKAOLIN

Pasca mengunjungi Pantai Pasir Padi dan Kelenteng Dewi Laut, akhirnya rombongan pengelana tiada tara beranjak ke selatan. Bagian ini penting karena dari kemarin-kemarin kami main ke utara tepatnya ke Sungai Liat. Satu-satunya perjalanan ke selatan ini adalah destinasi pamungkas yang juga merupakan salah satu alasan perjalanan ke Bangka ini digagas.

Danau Kaolin saat kami berkunjung, baru terkenal kurang lebih setahun. Kalau sekarang, berarti sudah 2 tahun. Kalau tahun depan, tiga tahun. Gitu. Angkat nama di akhir 2015, grup FPL Ngalor Ngidul kemudian ramai kala Tintus dalam perjalannya nganvas ke Koba, memposting foto di lokasi yang katanya mirip dengan danau di Islandia. Dengan air nan biru jernih serta hijau jernih begitu, memang menjadi hal paling beda dan jelas menarik siapapun untuk berkunjung. Sejak saat itu, kunjungan ke Bangka yang wajib menyertakan Danau Kaolin sebagai destinasi mulai digagas hingga pada akhirnya terpenuhi pada Oktober 2016 itu.

IMG-20161024-WA0019
Rian Chocho Chiko dan istri

Hey? Oktober 2016? Sekarang November 2017? Ini nulis apa merenung, kok lama bener?

BERISIK! Namanya pegawengeri itu sibuk, kak.

Danau Kaolin ini dikenal sebagai Camoi Aek Biru dan berada di Desa Air Bara, Kecamatan Air Gegas, Kabupaten Bangka Selatan yang berjarak sekitar 50 kilometer dari Pangkal Pinang. Menggunakan mobil dan driver lokal yang terkenal sejak kuliah suka lupa jalan, pada akhirnya kami hanya butuh 1 jam lebih sedikit untuk tiba di lokasi. Dari Pangkal Pinang hingga menuju tikungan terakhir ke lokasi sih mulus-lus-lus.

Masalah kemudian muncul ketika jalanan menuju lokasi danau itu remuk redam karena habis hujan semalam. Semakin jadi masalah karena di dalam mobil itu ada wanita hamil muda banget. Yha, dalam perjalanan itu Istoyama baru berusia 7 minggu DI DALAM KANDUNGAN, masih sebesar tanda koma saja. Dan saya sebagai calon orangtua berani-beraninya bawa dia jalan ke tempat semacam ini? Ha piye meneh, tujuan awal ke Bangka kan honeymoon, tapi baby-nya jadi duluan. Aku kudu piye, tweeps?

IMG-20161024-WA0018

Untunglah driver kami memang jago tempat semacam itu karena seperti saya bilang terbiasa nganvas obat hingga ke pelosok, secara blio bekerja di distributor farmasi penguasa Indonesia. Walau demikian, perjalanan menuju TKP sejak tikungan terakhir itu adalah salah satu perjalanan saya yang paling deg-degan seumur hidup. Dan, uhm, tidak untuk diulangi. Patut dicatat adalah pada tikungan terakhir itu sama sekali tidak ada tanda. Hanya ingatan Tintus yang bisa diandalkan. Warbiyasak.

Hingga akhirnya di sebelah kiri tampak air biru dari kejauhan, saya mulai menarik nafas lega sambil melihat istri yang gundahnya minta ampun. Camoi Aek Biru telah tampak. Jadi, danau kaolin ini adalah danau mini yang merupakan camoi alias lubang bekas galian tambang timah yang tiada terpakai lagi. Kalau mau jujur, sebelum landing di Depati Amir, lubang-lubang kecil itu banyak juga. Nyatanya memang pertambangan timah menyisakan banyak masalah, dan kok ya kebetulan masalah yang satu ini jadi tempat wisata.

IMG-20161024-WA0064
Pijet, bang!

Begitu turun dari mobil, saya langsung kagum dengan keindahan danau kaolin ini. Birunya itu begitu berkilauan! Saya lihat dan berjalan ke kiri sejenak, malah ada danau lagi dengan warna yang berbeda. Jadi di lokasi yang sama, ada danau mini warna hijau dan warna biru yang jejeran. Tidak usah jauh-jauh ke Kelimutu untuk melihat danau beda warna. Maklum, saya belum pernah ke Kelimutu. Kasihan, kan?

IMG-20161024-WA0071
Danau hijau, danau biru, dan orang hitam…

Satu hal yang harus diperhatikan adalah meski mirip Islandia, danau kaolin ini tidaklah se-Islandia itu. Maksud saya, tidak dingin. Bahkan sebenarnya panasnya ngentang sekali. Hot potato, pokoknya. Maka, topi, payung, plus kacamata hitam adalah hal wajib jika ingin menikmati liburan dengan bahagia. Plus, faktor safety juga harap diperhatikan karena belum banyak pembatas. Kalau bawa bocah, lari-lari ke pinggir dan nyebur, selesailah sudah. Bukan apa-apa, dari atas ke bawah itu lumayan jauh juga. Satu hal yang pasti, dari sisi kesegaran mata dan keindahan sederhana yang ditawarkan tidak ada penyesalan sekalinya kita tiba di danau kaolin Air Bara ini.

Ketika panasnya Air Bara bikin haus, kala itu ada warung sederhana milik ayuk-ayuk Palembang bagian dusun. Di dekatnya juga ada WC yang tentu saja khas alam alias sekadar tempat menuangkan hasil ekskresi untuk kemudian dialirkan kembali ke…

…danau kaolin. Ya, begitu, dah.

IMG-20161024-WA0074
Jajan dahulu…

Ketika berbelanja di warung seperti itu, tentu kita harus ingat Cek KLIK. Cek Kemasan, Cek Label, Cek Izin Edar, dan Cek Kedaluwarsa. Bukan apa-apa, saya beli salah satu minuman yang rasanya sudah berubah karena ternyata minuman itu akan lewat tanggal kedaluwarsa sepekan lagi. Tapi nggak apa-apa, setidaknya Indomie di warung itu enak, sebagaimana Indomie lain yang dibuatkan oleh orang lain. Pasti enak.

IMG-20161024-WA0075
Cek KLIK dulu, gan!

Yeah, destinasi ini merupakan ujung dari perjalanan Lost in Bangka yang dilakoni oleh Rian Chocho Chiko beserta istri plus Ariesadhar juga bersama istri (dan Istoyama dalam wujud janin muda belia). Dilakoni akhir Oktober 2016 dan baru rampung ditulis pada jelang akhir November 2017. Sedih, yha? Nggak apa-apa, yang penting ditulis. Jangankan perjalanan ini, berkunjung ke Museum TB Silalahi di pinggir Danau Toba bulan Juni saja belum sempat saya tulis. Maklum, kebanyakan job. Heuheu.

Hujan deras mendera perjalanan kami sepulang dari danau kaolin. Hujan deras masih berlangsung kala kami memasuki bandara Depati Amir untuk kembali ke ibukota. Di bandara, kami lantas meninggalkan Tintus yang sudah menjadi guide kelas wahid untuk bisa kembali ke anak-istrinya, sementara pesawat Sriwijaya yang akan kami naiki telah tiba di bandara Depati Amir. Lost in Bangka selesai, mari melanjutkan perjalanan ke sisi-sisi lain negeri indah ini.

MERDEKA!

 

Advertisement

7 thoughts on “Lost in Bangka (10): Danau Kaolin”

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.