Sesudah menyaksikan manusia biasa dan manusia (?) dari Krypton berantem dalam Batman vs Superman, yang dilanjutkan dengan berantemnya Captain America dengan Iron Man, kini penikmat film disuguhi berantem dalam perspektif yang berbeda. Menyambung X-Men Days of Future Past yang bikin jaman terbolak-balik tak terhingga dan menghasilkan masa yang berbeda karena Wolverine berhasil kembali ke masa lalu untuk mengubah masa depan, maka kini muncul X-Men: Apocalypse yang meski tidak sewolak-walik jaman kayak film terdahulu, tetap saja bermain dengan periode waktu tertentu.
Kisah dimulai sekian ribu tahun sebelum masehi. En Sabah Nur (Oscar Isaac) hendak melakoni sebuah ritual untuk memperoleh kemampuan pemulihan diri ala Wolverine. Ritual dilaksanakan di piramida dengan mengandalkan sinar matahari. Apa daya, En Sabah Nur yang rupanya sudah melakukan banyak ritual sejenis dengan mengambil kemampuan dari banyak mutan lain itu malah dikhianati oleh beberapa manusia. Kemampuan itu berhasil diperolehnya, namun yang terjadi kemudian dia bobok panjang dalam reruntuhan piramida.
Mirip kisah OOM ALFA, mumi atau apapun film-film lain yang membawa kenangan sesuatu dari masa silam, maka tindak tanduk manusia–dalam hal ini agen CIA Moira MacTaggert (Rosa Bryne)–kemudian tanpa sengaja membebaskan En Sabah Nur dari bobok panjangnya. Dengan segala ritual yang dilakoninya ribuan tahun silam, En Sabah Nur kiranya adalah mutan paling komplit yang pernah ada dalam riwayat mutan di dunia ini. Dia kemudian merekrut Ororo Munroe yang habis nyopet dan disempurnakan menjadi Storm (Alexandra Shipp). Lanjut dengan Psyloke (Olivia Munn) nan seksi. Next, dia juga merekrut beberapa yang lain, termasuk Erik Lehnsherr alias Magneto (Michael Fassbender).
Erik sendiri sebenarnya telah hidup bahagia sebagai buruh pabrik besi di Polandia, dengan nama Henrik. Dia punya istri dan anak yang cantik-cantik. Sayang seribu sayang, gempa bumi gegara En Sabah Nur bangkit, yang adalah kesalahan Moira, membuat seorang pekerja besi hampir ketumpahan bubur besi. Reflek Erik kemudian membuat keberadaannya sebagai mutan ketahuan. Akhir kisah ini sungguh bikin trenyuh, ketika berbuat baik justru menimbulkan rentetan kepahitan dan di film ini lumayan bikin mbrebes mili.
Berita kemunculan Erik sampai juga ke kampusnya Profesor Charles Xavier (James McAvoy), melalui Raven (Jennifer Lawrence) yang tetiba nongol di kampus. Charles berniat mencari Magneto via Cerebro. Apa daya, dalam proses itu dia malah ketemu dengan En Sabah Nur yang memang mencari-cari kemampuan Charles untuk melengkapi kekuatannya sebagai mutan kekinian nan jos gandos.
Begitulah, kisahnya kemudian menjadi upaya mencegah En Sabah Nur alias Apocalypse itu memperoleh kekuatannya Charles. Jadi ini sudah mutan versus mutan. Manusia jadi korbannya. Hmmm, mungkin dalam hal ini Kolonel William Stryker (Josh Helman) bisa dikecualikan. Dalam petualangan ini terlibat pula Quicksilver alias Peter Maximoff (Evan Peters), Cyclops alias Scott Summers (Tye Sheridan), serta dua mutan lain yang akan disebutkan dalam lanjutan review ini. Heuheu.
Jadi, apakah Apocalypse berhasil menguasai dunia dengan kekuatannya Charles yang jelas-jelas nggak bisa kemana-mana itu? Makanya tonton!
Sedikit review dari ariesadhar.com, nih. Secara plot, bagi saya edisi X-Men: Apocalypse ini lebih tertib dan masuk akal dibandingkan dengan edisi terdahulu yang wolak-walik jaman itu. Meski tentu saja masih ada kelemahan yang bagi saya bisa diampuni karena merupakan hal nan sangat sulit melibatkan sekian banyak tokoh dalam 144 menit cerita. Dibandingkan dengan Wolverine, sudah jelas X-Men: Apocalypse menang banyak!
Boleh dibilang, X-Men edisi ini memiliki tugas menguatkan karakter masing-masing mutan yang akan tergabung dalam X-Men. Jadi, bagi yang nggak nonton edisi sebelumnya nggak usah berpikir terlalu berat karena ada beberapa flashback yang bisa membantu. Maka jangan heran kalau kita akan menemukan beberapa fakta mengejutkan, semisal tentang anak(-anak) Magneto. Dan mungkin agak luar biasa dibandingkan X-Men yang lain, saya seperti menemukan beberapa quote nan mumpuni. Salah satunya begini, “untuk manusia secepat saya, saya masih saja terlambat”.
Hayo, kira-kira itu quote siapa?
Film ini juga ditunjang dengan special effect nan super mantap. Kalaulah ada yang agak kurang sreg, menurut saya hanya satu, pada adegan Jean Grey (Sophia Turner) di menjelang akhir. Sisanya? Ampun! Efeknya memang tidak sekeji Deadpool, namun realistisnya tetap juara. Ditunjang dengan adegan-adegan penuh haru, utamanya pada Magneto yang jebule mellow, film ini kiranya semakin dikuatkan.
Kalaulah ada yang agak wagu, mungkin adalah cara En Sabah Nur untuk mempelajari dunia via televisi. Saya cuma membayangkan kalau dia habis bangkit itu lalu melakukan aktivitas ‘learning’ via televisi Indonesia, mungkin dia akan kaget karena di satu negara Indonesia saja, ada channel Metro TV dan TV One yang selalu berbeda untuk berita yang sama. Belum lagi jika dia juga mempelajari acara-acara seperti Dahsyat dan Inbox. Kemungkinan dia akan menguasai dunia dengan cara menjadi alay terlebih dahulu.
Oh iya, bagi yang religius, saya sarankan untuk menyaksikan film ini dengan pikiran terbuka. Bukan apa-apa, En Sabah Nur ini bawa-bawa Tuhan, lho. Belum lagi bicara tentang ‘Apocalypse’, yang dalam obrolan singkat antara Charles, Hank McCoy (Nicholas Hoult), dan Moira juga bawa-bawa alkitab. Belum lagi kita akan menyaksikan mutan Katolik religius yang rajin berdoa Bapa Kami dalam diri Kurt Wagner (Kodi Smit-McPhee). Asli, kita bisa berpikir ini penistaan, melawan agama, dll jika tidak berpikir terbuka.
Satu lagi, dan merupakan kesimpulan yang saya ambil dari film ini, sejago-jagonya kamu sebagai laki-laki, entah seberapa besar kekuatan yang kamu miliki sebagai pria, tetap saja wanita selalu benar. Karena wanita selalu benar, maka mereka selalu menang. Ini beneran, lho. Jika memang ingin membuktikan, sila berkunjung ke bioskop terdekat untuk menyadari bahwa kesimpulan saya tadi benar adanya.
Pesan terakhir dari saya sebelum pada pergi ke bioskop menyaksikan film ini adalah: jangan tanya Logan kemana. Sekian.
Penggemar film banget Om,… sy nonton tp lbh susah buat secara detail review film…
LikeLike
Nggak kok, kak. Biasa aja, cuma kalo bisa nonton aja. Hehe.
LikeLike