Beda Acara Televisi Dulu dan Sekarang

Sebelumnya, saya hendak mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya Haji Sulam, si tukang bubur yang naik haji. Dan saya baru sadar bahwa selama ini saya salah orang, saya pikir yang Haji Sulam itu si Haji RW. Maklum, walaupun jumlah episodenya sudah melebihi jumlah bulu dada Rhoma Irama, saya hampir nggak pernah nonton sinetron itu sampai ada anak kos baru yang lantas menguasai TV dan remote-nya, serta dengan setia menyaksikan kiprah Haji Sulam di layar kaca.

Haji Sulam adalah profil tayangan televisi masa kini, yang tentu saja beda dengan zaman kuda gigit besi. Kalau dulu, sinetron semacam Panji Manusia Milenium atau Janjiku atau Bulan Bukan Perawan itu ditayangkan seminggu sekali. Jadi kalau tulisannya sudah “bersambung…” itu berarti minggu depan baru dapat sambungannya. Kalau sekarang? Besok juga sudah ketahuan kelanjutannya.

images


Nah, selain Haji Sulam, berikut ini beberapa perbedaan acara televisi, dulu dan sekarang.

Dulu Garuda, Sekarang Elang

Jadi, dulu zaman saya kecil, di Bukittinggi sana hanya ada TVRI. Maka sudah jelas bahwa saya adalah generasi Album Minggu dan Aneka Ria Safari. Saya bahkan pernah mengira bahwa Saint Seiya itu pacarnya Sailor Moon, dan Jiban itu adalah musuhnya Robocop. Asli, saya dulu balita kurang gaul soal tayangan tivi.

Salah satu yang khas di TVRI adalah setiap jam 7 malam–kalau nggak salah–akan ditayangkan sebuah layar biru. Kemudian, secara perlahan Garuda Pancasila akan fade in ke layar biru tersebut. Proses ini diiringi lagu “Garuda Pancasila”. Boleh percaya, boleh nggak, tapi dulu itu saya sangat menanti-nantikan momen ini untuk kemudian berdiri di depan tivi dan bergaya ala dirigen. Nah, lagu itu kan bisa dibilang singkat, tidak cukup menampung hasrat balita yang ingin show. Maka, ketika lagu “Garuda Pancasila” habis, saya sontak menangis dan bilang ke Bapak-Mama dengan keras, “ULANGI!!!”

Yaelah, bro. Gimana caranya ngulangi siaran tivi?

Nah, kalau saya dulu bergaul bersama Garuda, maka anak-anak sekarang pada jam 7 malam tidak disuguhi hal yang sama. Mengingat zaman sudah maju, maka anak-anak sekarang akan mendapati elang raksasa dijadikan ojek sama pendekar-entah-siapa-namanya. Dan saya yakin mereka nggak akan minta ulangi, soalnya si elang ojek itu akan seliwar-seliwer bersama naga yang juga jadi ojek, di sepanjang sinetron tersebut.

images (1)

Dulu Edi Tansil, Sekarang?

Ketika dihadapkan dengan kata KORUPSI, asosiasi saya langsung menuju pada kata Edi Tansil. Tentu saja yang dimaksud disini bukanlah Ejakulasi DIni TANpa haSIL, tapi ya Edi Tansil beneran, yang kabur dari penjara karena kasus korupsi.

Susah payah saya mengingat, tapi nyatanya memang hanya berita tentang Edi Tansil yang masih saya ingat, tentu saja karena begitu masifnya pemberitaan soal kaburnya Edi Tansil, dan nilai korupsi yang waktu itu saja sudah berbilang Triliun, dan sudah pasti lebih banyak dibandingkan jumlah episode Tukang Bubur Naik Haji. Jadi, kalau Dunia Dalam Berita itu 30 menit, maka porsi Edi Tansil tidak lebih dari 10 menit.

Sekarang?

Ada itu acara di tivi yang ramah banget, selalu nanya, “Apa Kabar?”. Di acara itu soal korupsi bisa dibahas 2 jam nggak kelar-kelar. Mulai dari si Anu, si Inu, si Fulan, dan aneka jenis koruptor lainnya. Agak beda dikit juga, kalau dulu Edi Tansil sampai kabur dan nggak ketangkap sampai sekarang, koruptor masa kini justru nggak malu-malu dan selalu mengumbar senyum ceria dengan baju “Tahanan KPK”.

Dulu Ada Theme Song Sinetron, Sekarang Sinetron Theme Song

“Janjiku kepadamu… Takkan lekang dimakan waktu…”

Suara serak serak manja Tante Paramitha Rusady dengan manis menyanyikan lagu “Janjiku”. Nah, Tante Mitha adalah aktris utama di sinetron itu, dan menyanyikan Theme Song dengan judul yang sama. Perihal judul lagu yang diambil dan menjadi Theme Song juga terjadi di banyak sinetron. Misalnya, “Angin Tak Dapat Membaca”, tayang di RCTI tahun 1995 sore hari, liriknya kira-kira begini:

Angin tak dapat membaca
Angin tak dapat menulis
Angin tak dapat matematika
Angin tidak dapat mem-ba-ca

Masih ada juga sinetron “Tersanjung” yang juga punya lagu berjudul sama. Maka jangan heran kalau ada CD di emperan Pasar Lereng yang isinya lagu-lagu sinetron semua.

Sekarang?

Otaknya dibalik. Kalau dulu Om Chossy Pratama bikin lagu berdasarkan sinetronnya, sekarang semua orang bisa bikin sinetron dari judul lagu yang tenar. Silakan sebut satu persatu deh, saya yakin kalian lebih paham. Jadi, begitu ada lagu yang tenar, tunggu saja tiga bulan kemudian, bakal ada sinetron dengan judul lagu yang sama.

Dulu Kuis Pertanyaannya Susah, Sekarang Kuis Nggak Perlu Pertanyaan

Ada yang ingat kuis “Jari-Jari” Om Pepeng? Kuis telepon yang sepertinya adalah perdana di Indonesia. Dulu saya sih pengen ikut, tapi apa daya, nggak punya telepon rumah. Mau lari-lari ke telepon umum koin juga keburu kuisnya kelar. Satu hal yang saya ingat, pertanyaan di kuis Jari-Jari ini berbobot, dengan jawaban yang juga tidak mudah diterka. Kalau salah jawab, ya telepon diputus, dan langsung digantikan orang lain yang sudah antre. Orang dulu mau berjuang mikir demi mendapatkan duit. Keren!

Sekarang?

Salah satu kuis bahkan dengan luar biasanya nggak memerlukan pertanyaan. Cukup menelepon dengan bilang “ISTANA MAIMUN!”, maka pembaca kuis akan membantu si penelepon untuk mencari soal yang jawabannya adalah ISTANA MAIMUN. Duitpun bisa mengalir ke rekening dengan indahnya.

Bahkan kuis-kuis sepakbola juga demikian. Sekarang ini kebanyakan pertanyaan konyol, dan gobloknya masih ada saja yang salah jawab. Ah, tenang saja, kalau salah jawab, pembaca acara akan menuntut yang salah ke jalan yang benar, semacam ini:

“Pertanyaannya: berapa nomor punggung CR7? A. 1, B. 7?”

Di layar televisi sendiri sudah muncul gambar Cristiano Ronaldo dengan jersey nomor 7. Seorang penelepon pekok yang mungkin lagi boker sehingga nggak lihat tivi dan kayaknya nggak ngerti sepakbola akan jawab dengan lugas, “A!”

MC akan bertanya lagi, “Anda yakin? Coba dipikirkan kembali. Si Ar Seven, Pak. Seven.”

“Oh, B. Tujuh!”

Duit akan mengalir manja ke rekening. Enak bener nyari duit zaman sekarang, broh!

Dulu Berita Olahraga Jam 21.20, Sekarang 23.20

Ketika era Dunia Dalam Berita, itu adalah injury time saya sebelum tidur malam. Sebelum bobo harus nonton berita olahraga dulu. Nah, karena Dunia Dalam Berita tayang jam 9, dan 20 menit awal isinya berita semua, maka biasanya berita olahraga baru muncul jam 21.20, bersama Bung Max Sopacua!

Sebagai anak kecil yang harus berita, saya selalu menantikan bagian itu, meski memang pertandingan (waktu itu masih) Piala Champions yang tayang tengah malam tadi, baru akan tayang besoknya lagi. Nggak apa-apa, yang penting nonton olahraga.

Nah sekarang? Berita harian soal olahraga itu baru akan muncul jam 23.00, atau bahkan jam 24.00. Untunglah ada Kompas TV yang memberikan sediaan tayangan olahraga di jam yang masuk akal. Ah, tapi sekarang era YouTube kok. Kalau saya lagi kelewatan nonton bola, sambil guling-guling-galau juga bisa buka YouTube via ponsel.

Dulu Kejahatan Diberitakan, Sekarang Diajarkan

Sadar nggak sih kalau dulu berita-berita itu sedikit banget soal kejahatan. Seringnya adalah kunjungan Humuntar Lumban Gaol yang pejabat ke sawah-sawah. Kenapa nama itu saya ingat, tentu saja karena Mama selalu bilang kalau Bapak yang lagi diwawancara TVRI di sawah itu adalah saudara jauh saya. Ah, masak? Kok dipanggil-panggil nggak nyahut?

Sekarang?

Bukan sekadar diberitakan, kejahatan justru diajarkan. Reka ulang suatu pembunuhan ditayangkan dengan sangat detail di televisi seolah-olah memberikan informasi kepada orang-orang yang pengen bunuh orang tapi nggak ketahuan, silakan melihat kelemahan-kelemahan yang dilakukan si pelaku.

Suatu kali saya pernah nonton sebuah reka ulang pembunuhan di Cangkringan. Itu loh, yang nulis pakai darah, “ini karena kamu, leave us”. Nah, tanpa saya duga, ternyata pelakunya adalah teman saya sendiri yang terkenal aktif di kampus karena saya ketemu dia di berbagai event. Ah, kadang-kadang tayangan reka ulang gini justru bikin miris.

Belum lagi kriminal semacam bakso campur boraks, bubur ayam campur pemutih, dan aneka tindakan lain yang tidak sekadar diberitakan, tapi juga diajarkan tahap-tahap membuatnya.

Cukup banyak yang beda tayangan televisi dulu dan sekarang? Tenang saja, walaupun bedanya banyak, ada juga kok beberapa kesamaan dulu dan sekarang.

Berita Tayang Saat Sarapan

Ketika SD, saya sarapan pagi ditemani acara yang bernama Nuansa Pagi, kalau sekarang sudah ganti nama jadi Seputar Indonesia Pagi. Menikmati sarapan dengan asupan informasi tampaknya cukup penting. Hal yang sama juga terjadi di keluarga-keluarga zaman sekarang, dan kebetulan stasiun tivi juga menyesuaikan. Orang-orang yang rumahnya di Bekasi, tapi kerjanya di Tangerang, atau rumah di Bogor, kerja di Tanjung Priok, jam 4-5 pagi pasti sudah bersiap mandi-mandi dan sarapan. Nah, berita juga sudah bergeser ke jam 4 dan jam 5, karena jam 6 adalah saatnya pembantu yang menguasai tivi dengan nonton gosip.

Sama kan? Sama-sama pas sarapan? Cuma jam sarapannya aja yang agak maju.

Iklan Sirup dan Sarung

Entah masa lalu, masa kini, atau masa depan, hal ini rasanya akan selalu sama. Setiap kali bulan puasa, bisa dipastikan iklan sirup akan merajalela, berikut juga iklan sarung. Iklan sirup yang menayangkan betapa nikmatnya sirup kadang tayang jam 12 siang, ketika godaan membatalkan puasa sedemikian besarnya. Kalau iklan sarung, mah, mau tayang jam berapapun juga nggak akan menggoda iman.

Zinedine Zidane di Lapangan Hijau

Masih ada kok persamaan dulu dan sekarang. Kalau dulu penggemar bola mendapati pemain bernama Zinedine Yazid Zidane ada di lapangan bola, sampai sekarang juga masih. Hanya beda kostum doang, kalau dulu Zidane pakai kostum putih hitam, lalu berganti menjadi putih. Sekarang pakai jas yang rapi jali. Kalau dulu Zidane lari-lari di lapangan, sekarang duduk manis di sebelah Carlo Ancelotti.

Ya, Zidane sama-sama masih masuk tivi kan?

Oya, satu lagi bedanya, kalau dulu botaknya cuma di tengah, sekarang sih sudah menyeluruh.

Home Alone!

Nah, ini persamaan paling krusial dari zaman saya SD sampai sekarang sudah lulus dari USD. Setiap kali natal, pasti ada tayangan film HOME ALONE! Dan dari dulu, si Kevin itu ya tetap imut-imut saja sampai sekarang. Termasuk ketika ganti tokoh jadi Alex. Bayangkan, film Home Alone 1 dan 2 itu tetap dan terus-menerus tayang sejak Macaulay Culkin masih imut-imut, sampai sekarang dikabarkan sudah nyaris mati akibat pengaruh rokok dan obat-obatan.

macaulay-culkin-gaunt-entertainment-tonight

Pecinta Home Alone pasti juga sudah hafal muka penjahatnya, jebakan-jebakannya si Kevin, sampai dialog-dialog tertentu yang terjadi diantara mereka.

Well, dunia memang berubah dan zaman juga berganti. Adaptasi terhadap zamanlah yang kemudian memberikan perbedaan yang saya jereng dalam posting ini. Hmmm, meski begitu, sejak dulu sampai sekarang, Bang Rhoma tetaplah Raja Dangdut, ksatria bergitar!

“Judi! Toet!”

11 thoughts on “Beda Acara Televisi Dulu dan Sekarang”

  1. wah. nampak banget tuanya ya. haha
    tontonan pas gua kecil paling saras 008, pernikahan dini, tersanjung yang entah episode berapa. ah masa dulu itu emang enak bgt ya.

    kalau ada waktu, main ke blog gua juga ya bang

    Like

  2. itu yg nungguin Garuda Pancasila TVRI, gue banget lah. bedanya kalo gue pas umur 2 taun dulu jam 5 sore udah duduk manis depan tipi TVRI menirukan lagu Indonesia Raya. duh, indahnya ya bocah nyanyi2 lagunya begitu. ga kaya sekarang euy bocah lagunya dewasa. T_T

    Like

    1. Iya.. Bangga banget dulu bisa nyanyi yg macam itu.. Makanya, nggak malu dah untuk diceritakan kembali.. 😀
      Sayangnya sekarang jam 7, adanya “buka titik jos”.. hiks..

      Like

  3. ya emang benar sih, dulu tuh acara2 tv nya biar ditayangin seminggu sekali tapi ratingnya tinggi loh, gak bosan juga nontonnya, lah sekarang no comment, untung dah ada net tv yg lumayanlah

    Like

Leave a reply to ariesadhar Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.