Apa makna natal, khususnya bagi saya?
Pada periode awal kehidupan, saya nggak ngerti makna natal. Tentu saja, pipis saja masih langsung mengucur tak terkendali, bagaimana mau mengerti makna natal?
Ketika saya sudah mulai bisa mengendalikan pipis, sudah mulai bisa membaca, dan sudah mulai bisa disuruh beli rokok ke warung dan selalu lupa minta kembalian, makna natal berubah menjadi mudik ke Padangsidimpuan, baju baru, dan uang. Iya, dulu pas masih kecil, lumayan seringlah natal dihabiskan di kampungnya Mama saya. Namanya ada bocah, kalau mau pulang ke Bukittinggi, barang 1000-2000 sudah pasti disematkan di tangan saya, meski dua detik kemudian duit itu sudah dicopet dengan sukses oleh Mama. Oya, soal baju, setiap natal dipastikan ada baju baru, dan saya selalu kembaran dengan Beny. Memang, sebagai saudara yang cuma berselisih setahun 2 bulan, beli baju kembaran masih dimungkinkan. Mungkin, Mama pergi ke pasar sambil bilang:
“Bara ko?” (Berapa nih?)
“Ampek puluah.” (Empat puluh)
“Maha bana. Aden bali duo.” (Mahal bener. Gue beli dua)
“Anam puluah se lah, Diak.” (Enam puluh aja deh, Dek)
“Ampek puluah duo. Baa?” (Empat puluh, dua. Gimana?)
“Wah, indak dapek, Diak.” (Wah, nggak dapet, Dek)
“Indak jadi se lah.” (Nggak jadi aja deh–sambil ngeloyor pergi)
“Eh, Diak. Jadi se lah. Ampek puluah duo. Ambiaklah.” (Eh, Dek. Jadi aja deh. Empat puluh dua. Ambillah)
*Mama kembali dengan senyum kemenangan*
Itu zaman finansial masih agak oke. Semakin bertambah tahun, finansial agak memburuk ditandai dengan berubahnya susu dari sehari sekali jadi seminggu sekali. Dan tentu saja, jangan harap ada baju baru. Kalaulah ada, baju itu “baru” karena diberi di tempat baju bekas. Kalau di Sekaten, semacam awul gitu. Tapi pada saat yang sama, saya mulai mendapatkan makna natal yang lain lagi. Bersamaan dengan finansial keluarga yang menjadi kurang oke, saya mulai aktif terlibat sebagai putra altar. Namanya putra altar, nggak perlu baju bagus-bagus, wong bakal ketutup jubah juga pas misa natal.
Sampai kemudian saya tiba di masa sulit menjadi anak rantau berumur 14 tahun. Ketika itu ke gereja saya malas, tapi kalau natal sih tetap ke gereja. Resmilah saya jadi penganut Katolik Natal Paskah. Untung waktu itu belum punya KTP.
Dan sejak tahun 2001 itu, mayoritas natal saya lewatkan jauh dari rumah. Sebuah kisah yang mungkin bisa dikaitkan dengan kelahiran Yesus. Jadi ceritanya kan mau ada cacah jiwa. Yosef dan Maria dalam proses perjalanan untuk itu, ketika kemudian Yesus lahir. Menurut Injil, Yesus lahir ketika tidak sedang berada di rumah. Jadi, natal-natal saya yang sebagian besar terlewatkan sendiri itu, boleh jadi upaya menjiwai kelahiran Yesus.
Oke. Alasan di atas adalah sampingan. Alasan utama adalah nggak ada duit buat pulang. Kampung halaman saya begitu jauhnya, dan begitu mahalnya. Poin sebenarnya sih itu.
Natal punya definisi yang berbeda-beda bagi setiap orang. Saya boleh berpersepsi satu hal, kamu boleh berpersepsi yang lain. Tapi, lebih besar dari semuanya itu, sebenarnya natal adalah tanda munculnya Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Tadi waktu saya baca ayat itu di mimbar, untuk bagian yang Raja Damai ini agak diperlambat. Kenapa?
Alasan pertama, karena saya mulai kehabisan napas.
Alasan kedua, karena dua kata itu ada di akhir kalimat, dan saya selalu menatap umat kalau di akhir kalimat. Nah, kebetulan ketemu umat yang agak bening. Jadi melambat sedikit biar kelihatan keren.
Alasan ketiga, karena disinilah kata “Damai” yang terasosiasi dengan natal itu muncul. Lalu, mari kita coba lihat ke sekitar. Adakah damai itu di sekitar kita? Atau, mencoba bertanya lebih ke dalam, adakah damai itu di hati kita?
Kita semua boleh dan berhak memaknai natal. Tidak ada yang melarang itu. Maka, di hari natal yang indah ini, saya hanya hendak mengucapkan “Selamat Natal”, selamat berkontemplasi mencari makna natal dalam hidup kita masing-masing.
NB: tulisan ini adalah tulisan religi terakhir di ariesadhar.com, karena sesudah ini segala tulisan dengan genre religi akan tayang di catatanumatbiasa.wordpress.com.
Selamat natal, Rie! Semoga natal tahun ini bermakna hehe..
LikeLike
Amin! 😀
LikeLike