Untuk yang Rajin Menawari

Hehehehehe… *ngguyu sik*

Jadi pada intinya, beberapa waktu belakangan–di usia 26–saya mulai concern pada asuransi dan investasi. Why? One and the only adalah karena dunia ini ganas, sobat!

Dan, sama halnya dengan yang sudah saya alami sejak bertahun-tahun silam, ada saja orang yang menawari saya unitlink. Kalau dulu, saya memang menolak semata-mata karena saya nggak mau. Lha gimana nggak mau? Wong teman saya yang punya asuransi plus unitlink saja bilang kalau kita nggak untung (dalam jangka kurang dari 10 tahun), masak tetap mau join? *catet, teman saya bukan agen, hanya pembayar premi*

Kemudian sejak membaca goresan seorang teman, salah satunya disini, saya mulai ngeh soal keberadaan unitlink ini. Dan kemudian saya melihat ke blog salah satu perencana keuangan yang saya ikuti di Twitter disini.

Kebetulan, kok satu jalan pikiran dengan saya πŸ™‚

Saya pernah membaca, tapi lupa dimana, dan saya setuju bahwa dalam keuangan, aspek yang penting adalah meletakkan keuangan di 4 kaki, yakni:

1. Tabungan
2. Instrumen investasi semacam reksadana
3. Instrumen investasi semacam logam mulia
4. Properti

Agak menyesal bahwa duit saya kerja hampir 4 tahun habis semacam tidak terasa, dan habisnya ke hal-hal yang sifatnya ya hilang, misal: tiket pesawat buat LDR lalu LDR-nya putus *eh curcol*

Tapi, ya sudah. Mari kita melihat ke depan saja.

Hal paling kurang ajar dalam ganasnya dunia sudah kelihatan di dunia properti. Harga rumah (bekas) di kawasan jadi di Cikarang ini sudah gila-gilaan, buat saya cenderung tidak masuk akal untuk bisa dicapai oleh gaji karyawan–level staf ke atas sekalipun. Saya memantau ketika tetangga kos mencari-cari rumah dan mendapati bahwa ditinggal 2 bulan saja, harganya sudah lompat. *busettt*

Meski ada sepertiga penyesalan, fakta bahwa nilai properti itu gila-gilaan membuat saya belum cukup menyesal sempurnapernah memutuskan berinvestasi ke sana πŸ™‚

Nah, dan untuk teman-teman agen, saya sungguh menghargai mereka yang juga menghargai pendirian saya soal unitlink. Maksudnya, kalau saya bilang nggak tertarik, ya sudah. Begitu loh. Kan sama-sama enak.

Masalahnya, ada saja yang kemudian masih melanjutkan penawaran dengan berbagai tambahan lainnya. Sebagai orang usaha, saya harus paham, tapi kasusnya saya sudah pernah bilang nggak tertarik dengan penjelasan yang detail, penawaran berikutnya buat saya–sejujurnya–adalah gangguan.

Ya begitulah πŸ™‚

Advertisement

2 thoughts on “Untuk yang Rajin Menawari”

  1. Hahahahaha.. πŸ˜€
    Artikel e Ligwina apik Song.. Biyen de’en yo nduwe acara nang Metro TV, tapi di ganti karo Aidil Akbar, mbuh saiki acara nang ndi.
    Nek aku sih tak jarke wae nganti kesel le ngoceh lagi tak tolak. Ben de’en kerjo sik.
    Aku yo geleng2 kepala karo konco2ne dewe seng dadi nasabah unitlink. They ARE smart! But not continuously gain more knowledge on investment.

    Like

    1. Iyo, mbiyen yo aq nonton tp durung mudeng.. hahahaha…
      Yo sebenarnya soal investasi ini kan opsi, mau memilih yang mana, tahu pilihan dan tahu konsekuensi.. Cuma kadang pilihan itu dibuat tanpa menggali informasi sebanyak-banyaknya lebih dulu πŸ™‚

      Like

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.