Dan Aku Pulang: Air

“Udah komputernya?”

“Udah.”

Mamak pun bergegas menyalakan pompa air. Tuas untuk mengalirkan listrik ke pompa air diarahkan ke atas dan segera deru mesin pompa itu terdengar. Keran kamar mandi mengeluarkan deru air yang deras.

Dan aku mendadak teringat sesuatu.

* * *

“Ambil dulu air, Nak.”

Aku bersungut-sungut, entah adikku. Tapi bagaimanapun, aku dan adikku harus membawa jerigen putih andalan ini ke sumber air yang terletak di dekat sungai di bagian bawah kompleks, mengisinya dan lantas membawanya kembali ke atas.

Air PAM sudah berbulan-bulan tidak mengucur normal, sementara pembayaran terus dilakukan. Entah apa maksudnya. Apa karena kompleks ini berada di ketinggian? Apa karena tempat ini jauh?

Aku nggak ngerti, tapi siapa aku bisa menangani ini. Yang aku tahu, keran itu mengucur pada jam-jam tertentu dalam debit yang minimal, dan lebih sering tidak mengucur sama sekali. Yang aku tahu, aku kesulitan untuk mandi, buang air, dan lainnya. Air itu kebutuhan primer manusia, dan tidak banyak air yang masuk ke rumah ini.

Dan setiap hari, jeringen putih andalan itu menjadi teman setia berangkat ke sekolah. Air diisi dari keran sekolah, dan pulang sekolah dibawa pulang kembali. Inilah air yang menjadi konsumsi sehari-hari. Sementara air untuk mandi-cuci-dan-lainnya menggunakan air yang mengucur pada dini hari.

Perlahan, air itu semakin tidak mengucur. Bolak balik ke sumber air di bawah kompleks mulai menjadi melelahkan. Hingga kemudian, pilihan terakhir muncul.

“Itu air hujannya ditampung ya.”

Sejak itu, air untuk mandi-cuci-dan-lainnya menggunakan air tampungan hujan dalam drum besar di depan rumah. Aku bahkan bisa berubah menjadi gembira ria ketika hujan turun karena aku bisa menampung air lebih banyak dari rumah kosong di depan rumah, agar bisa mandi-cuci-dan-lainnya.

Ya, itulah saat-saat ketika air hujan menjadi semacam berkat. Saat-saat ketika aku belum paham bahwa air hujan itu cenderung korosif, tidak sehat, dan lainnya. Kami hanya perlu air, dan air itu datang dari langit. Namanya air hujan.

Berikutnya menjadi lebih terang benderang, karena sebuah modifikasi dilakukan. Sebuah pipa dari atap mengucur langsung ke bak mandi. Bak itu juga dimodifikasi dengan lekukan kecil sehingga kalau bak itu penuh, air bisa mengucur keluar untuk dibuang. Inilah bak mandi dengan sumber air dari langit. Langit ke atap, atap ke talang, talang ke paralon, paralon ke bak mandi. Inilah air yang membilas hidupku sehari-hari.

Bertahun-tahun, hingga aku pergi merantau, air hujan itu menjadi andalan untuk penunjang kehidupan. Belum ada dana untuk membuat sumur pompa, sementara air PAM semakin tidak bisa diharapkan.

* * *

“Kenapa dulu sehat-sehat aja ya?” tanyaku ke Bapak, sambil nonton santai.

“Kenapa?”

“Kita mandi air hujan loh.”

Yah, bertahun kemudian, ketika aku belajar tentang kesehatan, aku paham bahwa air itu tidaklah baik. Air itu bisa korosif. Air itu mengandung bakteri dan lainnya. Dan air itu digunakan untuk penunjang kehidupan, dan anehnya, aku sehat-sehat saja.

Kini sumur pompa sudah ada, tinggal dinyalakan ketika dibutuhkan. Talang yang menyalurkan paralon ke bak mandi sudah diputus-hubungan-kan. Air tanah mengalir ketika dibutuhkan. Semoga masih ada untuk hidup ke depan. Tapi mengingat tanah masih banyak untuk diresapi, kupikir sih nggak masalah.

* * *

Aku memasuki kamar mandi, siang hari, dan tetap dingin. Air itu segar dan tentunya sehat. Setidaknya jauh lebih sehat daripada air hujan.

Sesudah hujan pasti ada pelangi. Setelah mandi air hujan, pastilah ada hidup yang lebih baik. Sebaik dan seindah mandi air segar di kamar mandi yang sudah direnovasi menjadi lebih cantik.

🙂

 

Advertisement

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.