Dendam

Kini kujalani hari demi hari
Berharap waktu terbangkan asaku Lupakan dirimu
Coba mencari arti semua ini
Salahkah merasa kubuta oleh dusta
Tiada tiada akhirnya

Masih kujalani Hari demi hari
Berharap waktu kan terbangkan asaku
Lupakan dirimu

Coba kini kau dengarkan Sekali saja dengarkan
Apa isi hati ini Semua isi hati ini
Berjuta kenangan kelam Berjuta sesal terpendam
Jangan salahkan aku Jangan pernah salahkan aku

Coba kini kau dengarkan Sekali saja dengarkan
Apa isi hati ini Semua isi hati ini
Berjuta kenangan kelam Berjuta sesal terpendam
Jangan salahkan aku Jangan salahkanku
Dendam…

Masih kumencari Arti semua ini
Salahkah merasa kubuta oleh dusta
Tiada tiada akhirnya

Ku tau kau tiada rasa bersalah
Semua kau tinggalkan pergi tanpa pesan
Puaskah kau kini Liat kubegini

(Cokelat_Dendam)

sumber: http://herdiwinanda.blogspot.com/

Dendam..

Saya selalu tahu bahwa dendam itu tidak baik. Tapi entah kenapa, sulit sekali bagi saya menghapuskan sifat buruk saya sebagai seorang pendendam. Hmm..  Sebenarnya ya tidak susah juga, kalau trauma kronis tidak menghantui saya.

Sebut saja saya diklakson sesama pengguna motor di jalan yang lurus, nggak peduli itu motornya apa (malah pernah mobil), bakal saya kejar, terus saya klakson balik, terus udah.. Dasar sifat yang buruk, tapi kalau yang barusan mungkin bagian dari kesenangan saja, saya tidak menganggapnya dendam.

Dendam untuk seseorang yang melankolis itu payah, bakal merasuk sampai seluruh jiwa. Dan menghilangkannya setengah mati. Setiap membaca quote, mendengarkan sabda Tuhan, bahwa dendam itu tidak baik, pasti ada niat. Tapi begitu melihat penyebab trauma kronis saya di depan mata, yang ada ibarat memutar knop membesarkan api kompor. Saya cukup mengapresiasi my bro yang punya pendiriannya sendiri dalam hal ini. Lebih baik tidak melihat penyebab trauma jiwa kronis itu daripada hal yang lebih buruk terjadi.

Sebelum terlanjur menganggap saya pendendam, sejatinya tidak. Saya hanya dendam pada SATU penyebab trauma jiwa kronis, hanya satu, tidak yang lain.

Dan kenapa saya mempertahankan dendam itu?

Satu, karena lukanya terlalu dalam dan paparannya menahun. Kronis bener kalau ini.

Dua, dendam itu yang saya gunakan untuk menghidupi diri saya. Kelihatan buruk, tapi sejauh itu membuat saya lebih baik, mungkin masih akan saya pakai. Dengan dasar itu, saya belajar, saya bekerja, saya berjuang, agar suatu waktu saya bisa kembali, menuntaskannya dengan kemenangan. Dan sesudah itu, selesai.

Itu mimpi saya

sesederhana itu…

Advertisement