Apa Itu Asian Values?

Dua kata yang lagi viral di linimasa akibat podcast Total Politik adalah ASIAN VALUES. Dua kata ini sebenarnya tidak asing tapi menjadi menarik kalau diletakkan pada konteks tertentu.

Menurut SCMP, konsep Asian Values pertama kali mengemuka di 1990-an dan teridentifikasi digunakan oleh Michael Barr dari Flinders University pada paper yang dipublikasikan tahun 2000. Kala itu, Amerika Serikat dan Eropa berada di level antusias dalam mengekspor demokrasi dan HAM ke seluruh dunia. Asia Pasifik kemudian melihat Barat berbeda. Jadi Barat itu terlihat wah sekali karena Baratnya pede sangat dan Asia-nya insecure.

Muncul juga paper dari Hoon Chang Yau (Universiti Brunei Darussalam) tahun 2004 yang menyebut inti dari Asian Values adalah konsensus, harmoni, kesatuan, dan komunitas. Asia dipandang tidak fokus ke individu tetap keluarga sehingga arahnya bukan ke HAM. Ngomong-ngomong, Human Rights bahkan turut dinyatakan dan disebut pada podcast Total Politik tersebut.

Masih di artikel yang sama, konsep ASIAN VALUES disebut mulai dikenal di 1977 dalam debat penyusunan kebijakan terkait moral dan Pendidikan masyarakat. Pada artikel itu disebut juga pendapat Ali Alatas bahwa pendekatan individualistik pada HAM dapat mendorong instabilitas dan anarki pada suatu negara sehingga perlu ada kesepahaman pada tradisi dan nilai sosial.

Hoon menyebut ide ASIAN VALUES kerap muncul di retorika pemerintah dan pernyataan resmi dan digunakan untuk melawan upaya Barat untuk membawa demokrasi dan HAM ke negara Asia.

Ngomong-ngomong, ASIAN VALUES juga sempat dikemukakan oleh Menteri Pendidikan Singapura saat debat dengan warga negara muda dan juga aktivis LGBT. Siapa dia? Yak, Lawrence Wong. Perdana Menteri yang baru~

Saya juga coba bertanya pada Gemini yang saya posisikan sebagai Pakar Asia. Melalui AI ini, Asian Values disebut mengacu pada ideologi politik yang muncul di tahun 1980-an dan 1990-an, terinspirasi dari kesuksesan ekonomi negara-negara Macan Asia (Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Hong Kong).

Tujuan utama Nilai-Nilai Asia adalah untuk mendefinisikan elemen-elemen yang umum dalam budaya, masyarakat, dan sejarah negara-negara Asia Timur dan Tenggara serta menggunakan kesamaan ini, terutama prinsip kolektivisme, untuk menyatukan masyarakat demi kemajuan ekonomi dan sosial.

Ciri-ciri utama Nilai-Nilai Asia meliputi Kolektivisme (Kepentingan kelompok diutamakan di atas kepentingan individu), Hierarki (Menghormati struktur sosial dan otoritas), Wajah (Menjaga keharmonisan dan menghindari konflik terbuka), Pragmatisme (Lebih mementingkan hasil daripada idealism), Spiritualisme (Memiliki nilai-nilai spiritual yang kuat).

Penerapan Nilai-Nilai Asia di berbagai negara berbeda-beda. Di beberapa negara, seperti Singapura, nilai-nilai ini dipadukan dengan sistem politik liberal. Di negara lain, seperti Malaysia, nilai-nilai ini digunakan untuk mendukung pemerintahan otoriter.

Terdapat sejumlah kritik terhadap Nilai-Nilai Asia antara lain dianggap terlalu menyederhanakan dengan mengabaikan keragaman budaya yang kaya di Asia. Dianggap pula membenarkan otoritarianisme dan digunakan untuk melegitimasi pemerintahan yang represif. Disebut juga melanggar hak asasi manusia karena mengabaikan hak individu demi kepentingan kolektif.

Penting untuk dicatat bahwa Nilai-Nilai Asia bukan konsep yang statis. Nilai-nilai ini terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman.

Nilai-Nilai Asia adalah konsep kompleks dengan sejarah panjang dan interpretasi yang beragam. Memahami Nilai-Nilai Asia penting untuk memahami budaya dan politik di banyak negara Asia.

Nah, dari paparan Gemini ini jadi ada kontradiksi di Total Politik karena Asian Values dan Human Rights itu cenderung tidak berada di sisi yang sama.

Saya juga bertanya ke ChatGPT. Di AI yang ini, Asian Values merujuk pada kumpulan nilai-nilai budaya yang dianggap khas dari sebagian besar negara di wilayah Asia. Nilai-nilai tersebut sering kali menekankan pentingnya solidaritas sosial, harmoni dalam hubungan antarindividu, serta penghargaan terhadap otoritas dan hierarki. Misalnya, konsep seperti filial piety, yang mengajarkan rasa hormat dan pengabadian terhadap orang tua, sangat relevan dalam banyak budaya Asia.

Salah satu aspek kunci dari Asian Values adalah penekanan pada kolektivisme dan kepentingan kelompok daripada individualisme. Hal ini tercermin dalam nilai-nilai seperti semangat kerja keras, pengabdian kepada masyarakat, dan kesetiaan terhadap kelompok sosial. Asian Values sering kali mempromosikan keharmonisan antara individu dan masyarakat, di mana kesejahteraan kelompok diutamakan daripada kepentingan pribadi.

Terlepas dari kompleksitasnya, konsep Asian Values juga diperdebatkan dalam konteks kontemporer. Sebagian orang mendukung nilai-nilai tradisional ini sebagai landasan yang kuat bagi kemajuan sosial dan ekonomi, sementara yang lain mengkritik pandangan tersebut sebagai alasan untuk pembatasan hak asasi manusia. Dengan perkembangan globalisasi dan modernisasi, Asian Values terus beradaptasi dan menghadapi tantangan baru dalam menjaga relevansinya di dunia yang berubah dengan cepat.

Jadi intinya apa? Ya embuh.