Ada lagu yang bilang bahwa jodoh itu pasti bertemu. Pepatah lama juga bilang kalau namanya jodoh pasti nggak akan kemana. Nah, waspadalah di dunia yang sudah terbalik-balik seperti sekarang ini, kedua kalimat di atas juga bisa kebalik. Jadi Afgan akan nyanyi “jodoh pasti kemana”, dan pepatah anti mainstream akan bilang bahwa “kalau namanya jodoh pasti nggak akan bertemu”.
Well, jodoh adalah perkara besar. Misterinya sama dengan kelahiran dan kematian. Seperti juga pernah saya tulis bahwa orang yang suka bertanya “kapan kawin?” akan setimpal jika ditanyai “kapan mati?”. Kira-kira demikian. Nah, posting sotoy ini akan mengulas beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mendapatkan jodoh.
Oya, satu hal yang pasti, saya selalu percaya bahwa jodoh itu akan ketemu kalau dicari. Kalau hanya diam di kamar sambil merapalkan doa jodoh, yang datang biasanya bukan jodoh, tapi cicik kos menagih bayaran kos. Jadi, apa saya yang bisa dilakukan untuk mendapatkan jodoh?
Teman
Sekali lagi, teman. Dalam posting soal menjadi penulis baru saya begitu menekankan peran teman dalam upaya menghargai dan mengapresiasi sebuah karya. Jodoh pun begitu. Seperti tulisan saya yang akan nongol di buku Galau: Unrequited Love bareng-bareng anak @JambanBlogger, teman ini berfungsi sebagai comblang. Yah, comblang merupakan profesi paling mulia karena menghilangkan kegalauan jomblo-jomblo yang sedang bersiap untuk terjun di pinggir jurang. Tentu saja, comblang yang terdekat adalah teman karena mereka yang sungguh-sungguh mengenal kita. Jadi, kalau kamu berpacar dan punya sahabat yang jomblo, segeralah carikan dia jodoh. Sekadar merekomendasikan pun nggak apa-apa. Perkara follow up biar jomblo itu yang memutuskan.
Atau bisa jadi juga, sih, teman itu kemudian menjadi jodoh. Ini keadaan teman versi manis. Kalau mau nggerus, ya dengarkan saja lagu “Menyesal” milik Ressa Herlambang. Teman ini kemudian bisa mendapatkan jodohnya sendiri, yang semula adalah seseorang yang kita duga adalah jodoh kita. Hiks. Kasihan ya.
Database
Buat karyawan-karyawan yang bekerja di perusahaan besar, pilihan jodoh itu umumnya tersedia di sekitar. Di kantor saya yang lama ada hampir belasan pasangan cinta lokasi. Jadi, waspada saja ya, mblo, siapa tahu di sekitar tempat kerja sehari-hari, disitulah jomblo lain berada dan siapa tahu itu adalah jodoh kita.
Apalagi di era canggih kayak sekarang, banyak perusahaan sudah menyediakan Employee Directory yang berisi data lengkap. Maksud awalnya kan jika kita butuh kontak-kontak urusan pekerjaan, maka nama, nomor HP, dan email bisa diakses dengan cepat dan tepat. Tapi jangan salah, nomor HP itu kan nggak berubah meskipun sudah pulang kerja. Siapa tahu data-data karyawan yang bisa diakses bersama itu adalah awal mula jodoh kita. Misal ketemu gadis cantik di bagian sebelah, segera cari tahu namanya, lalu akses ke Employee Directory, lalu kemudian dapat deh nomor HP-nya.
Nah, perkara keberanian untuk menghubungi, sebenarnya bagian dari ujian kejantanan. Kalau nggak berani, coba cari aja ayam jantan warna kuning dengan kuku sepanjang 2 cm, lalu suruh hubungi. Ini mau PDKT atau mau bikin sesajen, sih?
Buat anak sekolah atau kuliahan? Ini mah lebih simpel lagi. Inceran kamu aktif di kepanitiaan nggak? Kalau aktif, pasti ada sebuah event atau sekadar hasil rapat yang berisi nomor kontak. Tinggal salin saja nomor itu dan databasemu segera penuh dengan imajinasi berhasil mendapatkan jodoh.
Linimasa
Sudah nggak terhitung pasangan yang mendapatkan jodoh dengan mengunduhnya di dunia maya. Sebagian memang tertipu, tapi itu sih kadarnya kecil sekali. Saya sendiri menemukan beberapa contoh pasangan yang pada awalnya bertemu di linimasa alias social media, lalu kemudian lanjut-berlanjut ke dunia nyata dan kemudian jadian beneran. Beberapa malah sudah nikah. Ada juga yang mengabadikan linimasa dan perkenalan mereka di undangan pernikahan. Suka-suka, sih.
Dari linimasa dan ditunjang oleh Google, sebenarnya amat mudah bagi kita untuk mengetahui segala aspek tentang seseorang. Misal kamu gadis yang menaruh rasa pada pria tampan bernama ariesadhar. Tinggal ketik ‘ariesadhar’ di Google dan kamu akan menemukan blog ini, lalu juga kemudian segala akun linimasanya. Siapa tahu ada akses yang terbuka disana. Meski banyak yang bilang bahwa linimasa hanya untuk bersenang-senang, tapi selalu ada dampak yang tidak terduga jika kita mendalaminya lebih lanjut.
Messenger
Terima kasih kepada seluruh pembuat WhatsApp, BBM, KakaoTalk, Line, dan segala jenis aplikasi berkirim pesan yang memungkinkan seseorang PDKT tanpa biaya. Saya ingat dulu PDKT pas semester 1, dengan nomor Simpati harus SMS-an dengan seorang cewek bernomor XL. Sekali bilang ‘hai’ itu sudah Rp. 350, setara gorengan kala itu. Sudahlah SMS habis banyak, ceweknya jadi pacar juga kagak. Sakit hati ini. Sakit pula perut ini.
Maka, wahai para pencari jodoh, manfaatkanlah fasilitas ini. Tentu saja, fase ini adalah fase-fase berikut sesudah dikenalkan teman, atau mendapatkan nomor dari database kantor atau hasil rapat, atau pasca berhasil DM-DM-an panjang kali lebar kali tinggi.
Hasil karya anak bangsa (lain) ini mampu menghilangkan jarak dan tingkat kemaluan. Cuma ya ekspektasi harus dijaga. Kalau pakai BBM, ketika D berubah jadi R, tapi tak kunjung ada balasan, segera jauhkan benda-benda tajam maupun cairan beracun dari dekat anda. Kalau pakai WhatsApp juga begitu. Sudahlah centang dua, last seen berubah-berubah, kadang-kadang online, tapi pesan kita nggak kunjung dibalas. Itu juga resiko. Hal-hal semacam ini nggak ada di SMS, dan resiko pesan-tidak-dibalas-padahal-dibaca adalah konsekuensi dari kemudahan yang ditawarkan aplikasi pesan ini.
Kedok Religi
Hari gini baik pria dan wanita pasti pengen kekasih yang religius. Ya, nggak perlu sereligius dengan membawa kitab suci ketika nge-date di mall, sih. Tapi setidaknya taat dalam beragama. Salah satu hal yang dapat digunakan adalah kedok religi.
Sebuah ajakan untuk pergi bersama ke suatu tempat/perhelatan ibadah adalah salah satu jenis modus ngajak ketemuan yang kece dan berbobot. Untuk itu pastikan juga bahwa semuanya bisa diakses. Semisal mau ketemu di Mesjid Agung Palembang, ya pastikan bahwa kamu atau inceran kamu itu sama-sama tinggal di Palembang. Janganlah salah satunya justru di Mesjid Agung Semarang. Itu namanya LDR. LDR mah cukup kirim-kiriman foto, nggak bisa kedok religi.
Atau kalau yang nasrani, bolehlah dicoba untuk pergi ke gereja bareng. Sebagai Katolik, saya sering mendapati gadis-gadis yang pergi ke gereja seorang diri. Nah, mereka-mereka ini pasti senang jika ada teman ke gereja. Itu perasaan saya sendiri. Lucu dan wagu jika pergi ke gereja lalu diam tanpa kata karena nggak kenal siapa-siapa. Oh iya, nggak selalu gadis-gadis itu jomblo, sih. Hati-hati fakta bahwa mereka LDR yang kedok religinya hanya berupa, “Yang, jangan lupa ke gereja ya”.
Perlihatkan Usaha
Ya kali satu di Cilincing, satunya CIganjur, dan nggak bisa ketemu gegara jarak. Harus ada usaha untuk ketemu, kan? Nah, para cowok utamanya harus memperlihatkan usaha yang mumpuni supaya jodoh yang sudah dikunci targetnya ini nggak lari kemana-mana. Ya, tentu saja usaha nggak usah banget-banget. Janganlah pula berusaha dengan naik motor dari Menteng ke Karawang sekadar untuk nge-date. Pakai Agra Mas bisa, kok.
Seperti saya bilang tadi, jodoh itu ketemu kalau dicari. Jadi, usaha untuk bertemu tadi adalah bentuk pencarian dan bukti bahwa kita niat nyari jodoh. Makanya nih, para scammer kampret di FB itu rerata ogah ketemu alias kopdar yak arena pada dasarnya mereka nggak ada usaha.
Well, mungkin begitu saja beberapa jalan yang bisa dilakukan untuk mendapatkan jodoh. Bisa jadi salah satu cara akan berhasil, bisa jadi juga kumpulan cara-cara ini akan terwujud pada suatu kata “iya” yang mengubah status gebetan menjadi pacar. Yakin, deh, mblo, Tuhan itu berpihak pada orang-orang yang berusaha. Jadi, mari kita bergerak dan jangan menyerah! HORE! HORE!
NB: kompilasi semua tips di atas berhasil membuat seorang jomblo menahun jadi nggak jomblo lagi. Maka, percayalah, mblo!
waaa mantap, thanks gan infonya
LikeLike