Cerita Klakson

Hufftt.. lama nggak masukin posting disini. Setelah di awal Juli membombardir dengan puluhan posting, saya sadar, bahwa kualitas itu tidak selalu paralel dengan kuantitas. Kadang kebanyakan kuantitas, orang jadi nggak merindukan lagi, disitulah maknanya kualitas. #sajakbijak

Ini cerita soal kelakuan si BG yang agak menarik.

Dua minggu lalu, saya pergi ke Lippo Cikarang. Nah, di jembatan tegalgede, ada cegatan minggu pagi (seperti biasa). Karena saya malas bertemu dengan polisi, meskipun sepenuhnya saya comply, saya memutar balik menyusur kalimalang. Lalu menuju Lippo Cikarang lewat jalur alternatif.

Jalan ini melalui sebuah jembatan tanpa pengaman, itu sudah bahaya. Hahaha.. Lalu masuk jalan kampung, melewati atas tol via jembatan mini yang lebarnya cuma 1 mobil. Lalu menyusur jalan berbatu yang belum diaspal karena kelihatannya ini proyek perumahan yang lagi proses. Lalu tembus ke tambal ban dekat Taman Beverli.

Bagian tersulit dari ini adalah goncangan di jalan berbatu yang menyebabkan klakson si BG mati total.

Nah, kemarin, dalam upaya menonton Harry Potter sesi terakhir, saya kembali melewati jalan yang sama. Terpaksa, daripada bertemu kemacetan di jalur Jababeka-Lippo. Dan terpaksa juga melewati jalan batu yang sama.

What next?

Klakson si BG menyala kembali, walaupun tidak sepenuhnya sempurna. Agaknya goncangan batu mengembalikan posisi kabel yang error ke tempat yang mendekati semula.

Apa yang saya dapat?

Kadang, ketika mendapati bahwa suatu jalan itu sulit, kita emoh melalui kembali jalan yang sama. Ketika jalan itu menimbulkan kesakitan, luka, dan sejenisnya, kita menolak untuk melaluinya lagi.

Tapi si BG tampil dengan cara yang berbeda. Ia saya paksa melalui kembali jalan yang sama, yang membuat klaksonnya rusak. Dan ternyata, meski tidak sempurna, bunyi klaksonnya kembali. Si BG berani melalui jalan batu itu dan sembuh.

Mungkin, kalau kita tersakiti, ada kalanya kita perlu meretas kembali jalan itu, semata-mata berharap, mungkin disitu kita dapat penyembuhan. Toh, bila penyembuhan tidak didapat, kita bisa beroleh kekuatan untuk bertahan. Tidak ada yang buruk dari keduanya.

Begitu menurut saya.. 🙂

Advertisement

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.