Category Archives: Perjalanan

Segala hal terkait perjalanan

Perjalanan Pulang dari Kompasiana Blogshop

Sungguh tidak saya sangka bahwa keberangkatan ke Telkomsel Kompasiana Blogshop ini akan memberi banyak pelajaran hidup. Saya sih nggak berharap tulisan ini HL, tapi sungguh, saya merasa perlu membagi hal ini kepada Kompasianer semua. Makanya, alih-alih mengerjakan tugas dari Kang Pepih, saya memilih menulis tentang Perjuangan Pulang Dari Kompasiana Blogshop ini dulu.

1319896755336690749sumber: pribadi

Saya tinggal di Cikarang, sebuah kawasan yang isinya pabrik semua. Maaf agak lebai bin alay. Ketika berangkat untuk ikut Telkomsel Kompasiana Blogshop ini, saya tidak punya firasat apa-apa. Saya masih bisa dapat bus 121A seharga 9000, duduk manis pula.

Singkat cerita, Telkomsel Kompasiana Blogshop yang saya hadiri kelar. Saya mendapat banyak hal. Mulai dari kaos Telkomsel Kompasiana Blogshop, ilmu-ilmu dari Kang Pepih, Mas Iskandarjet, dan Uda Ahmad Fuadi, sampai teman-teman baru yang ternyata gokil-gokil macam Latip pake P, Yonathan, dan Cornelius Ginting.

Jam 5. Langit di Sarinah masih terang. Saya mulai menyebrang ke Sarinah lanjut naik jembatan menuju shelter bus TransJakarta Sarinah. Disitu saya berkumpul dengan banyak Kompasianer. Tolong yang ikut serta kumpul bersama saya bisa komen disini.. hehehe.. 1 bus lewat, 2 bus juga, lama-lama sampai 5. Wah, lama nih, pikir saya. Seorang ibu nyeletuk, “nanti kita booking 1 gerbong Kompasianer semua!”.

Eh bener. Bus ke-6 datang dengan kondisi agak sepi. Maka masuklah semua Kompasianer di halte itu ke dalam bus. Masih lancar posisinya, turun pula satu persatu, mulai dari Halte Setiabudi, Bundaran HI, dan seterusnya. Saya aslinya hendak mencoba turun di Blok M dengan asumsi bisa dapat bus 121 yang masih kosong karena kalau nunggu di Semanggi biasanya penuh. Tapi karena teman Kompasianer Izha Aulia turun di Benhil, maka saya mendadak ikut turun. Mungkin ini yang disebut firasat. Sudah kayak lagu Marsel saja ya. Hehehe…

Saya lantas melalui rute biasa, dari halte Benhil jalan sampai depan Plaza Semanggi, berharap ada bus menuju Cikarang disana. Leadtime menunggu bus Cikarang memang lama. Ibarat kata, kalau mau nunggu bus di Semanggi itu harus sabar, tawakal, dan rajin menabung. Setengah jam berlalu, firasat mulai buruk karena orang yang ada disana sudah saking banyaknya. Bus Bekasi yang biasanya ramai lewat, kali ini tidak.

Perasaan mulai nggak enak.

Saya yang biasa menunggu di bawah tangga, pelan-pelan geser ke arah Semanggi. Perasaan makin tidak enak waktu bus 121 lewat tapi ada tulisan PARIWISATA. Makin galau lagi waktu bus Lippo juga lewat bablas dengan kondisi penuh. Dengar punya dengar, katanya ada sebuah partai yang menyewa habis seluruh bus ke Cikarang.

Seorang bapak mulai tampak galau, demikian pula bapak yang lain.

“Cikarang pak?” tanya saya.

“Iya, Cikarang?” Bapak itu bertanya sama bapak yang lain.

Mulailah sang bapak bercerita kalau info yang dia dapat bus 121 memang tidak jalan karena ada yang sewa. Benar atau tidak saya kurang tahu, itulah info yang saya dapat. Hingga kemudian satu lagi bus Lippo muncul dan bablas, akhirnya ada tindakan. Seorang bapak dengan tas besar bertanya pada bapak yang saya sapa tadi, “Bapak mau nunggu, saya mau ambil mobil dulu di Apartemen, paling 15 menit, gimana?”

Hayukkk pak.. Jerit saya dalam hati.

Jangan salah, si bapak yang saya sapa pertama tadi itu sebenarnya juga punya mobil, cuma ditinggal di parkiran terminal yang ada di Lippo Cikarang.

Akhirnya, kami bertiga dan seorang wanita karier yang juga sudah menanti lama, bersepakat berangkat bersama. Bapak yang punya mobil tadi kembali ke apartemennya. Sejurus kemudian 3 orang ibu nongol. “Pak, saya dari jam 2 nunggu disini, nggak ada bus ke Cikarang?”

What? Saya setengah tidak percaya, jam segitu saya masih dengan Dhisa nyanyi di Telkomsel Kompasiana Blogshop dan ibu ini sudah nunggu bus ke Cikarang?

Bapak tadi kembali dengan mobil bagus, Avanza baru! Kami masuk dengan cepat, keburu diklakson yang lain. Eh, tahu-tahu ada satu anak cowok tanggung yang ikut masuk. Ada kisah soal anak ini, nanti saya tambahkan.

Di mobil Avanza itu, kami ber-8, termasuk yang punya mobil. Tujuh orang nebengers sepakat membayar 15 ribu buat tambah-tambah uang bensin dan tol. Bagi kami nggak masalah, yang penting SAMPAI KE CIKARANG! Mulailah cerita macam-macam, mulai dari nunggu jam 2, jam 5, jam 6, bus yang nggak datang-datang, dan lain-lain.

Tidak sampai 1 jam, karena tol lancar jaya, kami sampai di Pintu Tol Cikarang Barat. Saya yang jurusan Jababeka turun di jembatan layang. Si ABG tanggung tadi ikut turun juga. Ucapan terima kasih teramat sangat saya ucapkan pada bapak yang punya mobil Avanza yang bahkan pelat nomornya pun saya tidak sempat hafal.

Selesai? Belum.

Si ABG tadi sayaajak jalan untuk naik angkot ke Jababeka tapi dia berkata, “Saya itu mau ke BEKASI barat mas”.

Saya jantungan.

“Lho, kok naik ini tadi? Memangnya nggak tahu kalau ini ke Cikarang. Masuk Pintu Tol CIKARANG barat?” tanyaku.

“Tahu sih, tapi tadi saya kira nganter ke Lippo dulu lalu balik ke BEKASI barat”.

Saya diamkan saja. Silahkan pergi nak dengan jalanmu sendiri. Dalam hati saya mau bilang, “memangnya ini mobil bapakmu po? Ini masih mending itu bapak berbaik hati mengantar sampai ke Cikarang, mau mbok suruh balik ke Bekasi barat?”

Saya akhirnya sampai ke Jababeka dengan selamat. Jababeka masih seperti saya tinggalkan tadi pagi. Maaf kalau lebai bin alai ya.. hehehe..

Oke, pelajaran yang saya ambil:

1. Bapak yang pertama dari Lippo ke Jakarta meninggalkan mobilnya. Ada itikad baik tidak menggunakan mobil pribadi, seperti himbauan pemerintah untuk memakai angkutan umum. Bapak yang punya mobil tadi juga hendak ke Cikarang naik bus dengan meninggalkan mobilnya. TAPI APA? Mereka mendapatkan kekecewaan! Angkutan umum yang disarankan itu tidak ada, malah katanya disewa oleh partai tertentu. Ini dua orang sudah dikecewakan lho, saya nggak yakin mereka bakal naik angkutan umum lagi dengan pengalaman macam ini. Jujur saya nggak habis pikir dengan keberpihakan kepada rakyat kecil macam saya dan penumpang Avanza tadi. Huh..

2. Ada 8 orang di mobil Avanza itu dan semuanya TIDAK SALING KENAL. Dengan bekal kesamaan tujuan saja, kami berhasil mendapatkan solusi bersama. Apa artinya? Jiwa apatisme di negeri ini ternyata belum sepenuhnya berkuasa. Masih ada kepedulian, masih ada rasa persaudaraan, masih ada gotong royong, masih ada kerjasama, dan semua hal yang diajarkan bapak saya di kelas pendidikan Pancasila, masih ada. Dan saya membuktikan sendiri. Ini aktual, ini asli, ini fakta, dan saya saksinya.

3. Mengomentari ABG labil tadi. Harap kalau ada ramai-ramai, cek dulu. Benarkah mobil ini hendak membawa ke tujuan yang benar? Jangan lantas menganggap mobil yang datang atas nama kebaikan itu dianggap mobil bapaknya sendiri. Kenapa saya lantas agak emosi? Karena di belakang ABG tadi, ada bapak yang hendak ke Cikarang yang terpaksa kami tolak karena mobil sudah full. Ini pelajaran untuk lebih teliti lagi ya.. 😀

Kira-kira begitulah perjuangan saya sampai kembali ke kamar kost tercinta setelah bertualang ke Telkomsel Kompasiana Blogshop hari ini. Sekarang saya mau kerjain tugas dari Kang Pepih dulu karena saya sudah ngimpi punya tablet. Harap maklum karena sebagai Apoteker, saya sudah biasa dengan tablet Paracetamol, Amoxicillin, dan lainnya, jadi mau variasi dengan tablet jenis lain.. hehehe..

Salam Kompasiana Blogshop!

asli dikopi dari Kompasiana saya.

Cikarang Jaya

Hohohohoho…

Kalau di posting perjalanan lainnya saya membahas tempat yang memang layak jadi tempat wisata, sekarang saatnya sekilas mengenai suatu tempat bernama Cikarang.

What?

Mau lihat apa di Cikarang?

Yah, kalau di Palembang saya masih bisa mengajak tamu tetamu untuk melihat ampera, museum, dan makan pempek. Nah kalo di Cikarang?

Begitulah, Cikarang ini tempat yang betul-betul sarana mencari uang.

Kalau melihat peta, Cikarang masuk di kawasan Bekasi. Secara umum dibagi jadi Cikarang Utara (Jababeka dan sekitarnya), Cikarang Selatan (Lippo Cikarang dan sekitarnya), Cikarang Barat (pintu tol Cikarang Barat dan sekitarnya), serta yang pasti satunya lagi.. hehehe..

Di Cikarang ini kita mungkin tidak menemukan landmark tertentu. Yang menguasai disini adalah pabrik dan perumahan. Diperkirakan ada 1 juta manusia yang hidup dan mencari makanan di daerah sini. Akses utama adalah lewat tol yakni Exit Tol Cikarang Barat. Ini yang paling dekat, ada sih Tol Cikarang Utama juga.

Nah, kalau dari Tol Cikarang Barat kita akan dihadapkan dengan jembatan layang. Itu adalah jalan kiri dan kanan. Kiri ke Jababeka, Kanan ke Lippo, dua wilayah besar di Cikarang, selain kalau terus lurus menembus apapun akan sampai ke Delta Mas hehe..

Di Kota Jababeka kita akan disambut oleh tulisan besar warna merah dan jalan beton. Berkendara di jalanan Cikarang berarti harus siap bertemu truk2 besar dan panjang. Namanya juga kawasan industri. Nantinya kita akan sampai di pintu Jababeka II terlebih dahulu, disini ada Plaza Jababeka, President Executive Club, Patung Kuda, Metro Park Condominium, Pecenongan Square, Movieland, dan tentunya kawasan industri Jababeka II. Disini ada Kawan Lama, Alfamart, serta NDC AAM.

Kalau dari pintu II tadi kita lurus, maka ke kiri ada Jababeka I. Disini banyak sekali pabrik besar macam Samsung dan Unilever. Nah, kalau kita teruskan lagi, maka akan sampai ke Cikarang Dry Port (Pelabuhan Kering??) dan kompleks baru lagi namanya Techno Park, ada pabrik AstraZeneca disini. Terus lagi? Ketemu Stasiun Lemahabang. Terus lagi? Karawang. Hahaha…

Nah, di sekitar Lippo lebih banyak lagi. Ada kawasan Delta Silicon, ada EJIP, ada Hyundai. Yah, pokoknya kalau pabrik, disini buanyakkkkk.. Mungkin wisata pabrik paling oke kalau di Cikarang sini… hehehe..

Segitu dulu yah..

Sekilas Palembang: Tentunya Versi Saya :)

Kategori blog ini yang sepi adalah Menjalani Perjalanan. Hmmm.. Diisi ah.. hehehe..

Sekarang saya mau cerita tentang Bumi Sriwijaya, Palembang. Nggak cukup lama saya disana, cuma dua tahun sekian hari. Tapi lumayanlah bisa sedikit berbagi kepada saudara-saudara sekalian yang belum pernah ke Palembang.

Palembang terletak di Provinsi Sumatera Selatan. Aksesnya banyak, bisa naik bus, bisa naik pesawat, bisa juga naik jetfoil. Saya pernah naik bus dan naik pesawat. Kalau naik bus, turun di terminal Alang-Alang Lebar yang alangkah jauhnya dari kota. Beberapa bus punya pool di Jalan Soekarno Hatta dekat kompleks perumahan Polygon. Jadi lebih enak turun disini, tinggal ngojek dikit, turun di Radial, bisa lanjut angkot ke tempat tujuan. Kalau naik pesawat, turunnya di Bandara SMB II, bandaranya keren, soalnya baru. Nah, tempat ini nggak terlalu jauh dengan terminal. Dan itu berarti, sama-sama jauh dari kota hehe.. Tapi ada taksi, seperti halnya bandara lain, ada yang gelap dan ada yang tidak gelap.

Mau menginap? Ada banyak hotel di Palembang, terutama menjelang Sea Games ini. Di sekitar Mall Palembang Square ada Hotel Aryaduta, ada Hotel Horison. Yang murah ada Hotel Barong. Ke arah bukit, di kiri-kanan jalan banyak hotel murah. Ke arah Sudirman, ada Jayakarta Daira, ada Anugerah. Masuk sedikit ke Mayor Ruslan juga banyak penginapan kecil, termasuk Kos Cece Meytin tercinta.. wkwkwk.. Di Rajawali juga banyak hotel, yang baru ada Grand Zuri disana. Pokoknya banyak pilihan.

Palembang memang menuju metropolis, terlihat dari kemacetannya. Hehehe.. Tapi serius deh, di beberapa titik, macetnya nggak kalah sama ibukota. Terutama jam pulang kerja, di daerah Simpang Charitas, Simpang Patal, atau di Jalan H. Burlian. Kudu sabar dan tawakal disana.

Objek wisata, pastinya jembatan Ampera. Nggak sukar menuju Ampera, cari saja angkot yang tulisannya Ampera. Entah lama atau sebentar pasti nantinya juga lewat Ampera. Jembatan ini masih saja kokoh berdiri dan menjadi penghubung dengan area yang mulai berkembang di Sebrang Ulu. Di daerah Sebrang ini ada Stadion Jakabaring yang kesohor itu, berikut ada bangunan-bangunan yang terkenal karena kasusnya Pak Nazarudin. Lho?? Ada juga Kompleks Pertamina di Plaju, dan ada Stasiun Kereta Kertapati.

Makanan? Nggak usah ditanya. Hahaha.. Pastilah pempek. Tepung bergumul dengan ikan dan dicelup cuko ini bertebaran di Palembang. Ada beberapa jenis pempek, dari kapal selam sampai kulit. Setiap orang punya selera sendiri-sendiri, tapi yang cukup ramai dan besar itu Candy, Noni, Pak Raden, Beringin, Selamat, Viko, dan banyak lainnya. Kalau saya bilang sih, Beringin dan Candy itu disarankan. Tapi kalau untuk pempek kulit, saya saran ke Viko. Pempek kulitnya mantap joss. Hahaha..

Apalagi?

Tempat nongkrong paling sip di Palembang ada di Plaza BKB, bisa lihat muda-muda berpacaran sambil ngelihat sungai. Ada juga Kambang Iwak, yang sebenarnya cuma kolam air besar, tapi bisa disulap jadi tempat refreshing. Ada juga mall, Palembang Square, Palembang Indah Mall, bisa juga ke Palembang Trade Center. Semuanya macet pada masanya. Hahaha..

Hmmm.. Segitu dulu deh.. Sebenarnya masih banyak info-info lainnya.. Nanti lagi ya 🙂

Sekilas Tentang Bukittinggi (Versi Saya)

Saya yakin sehakulyakinnya kalau sudah banyak ulasan mengenai Bukittinggi. Kalau nggak percaya ya silahkan tanyakan ke Mbah Google atau Om Wikipedia. Tapi sebuah status di FB dari seorang ibu yang dulu pernah tinggal di Bukittinggi dan menyatakan keinginannya melihat Bukittinggi setelah sekian puluh tahun, membuat saya merasa perlu dan ingin berbagi dan bercerita tentang Bukittinggi dalam versi saya. Sejujurnya saya nggak lama-lama amat disana, hanya 14,5 tahun. Itu juga harus dipotong masa-masa saya jadi orok dan belum mengerti dunia. Hahaha..

Sesuai namanya, Bukittinggi, kota indah ini berada di deretan Bukit Barisan, suatu perbukitan yang bisa dikatakan membelah pulau Sumatera. Secara teoritis dikelilingi oleh tiga gunung yakni Merapi (versi lain menyebutnya Marapi), Singgalang, dan satu gunung lagi yang saya kurang tahu pastinya apa, karena ada yang bilang Sago, ada yang bilang Tandikat. Yah pokoknya tiga. Kota ini bisa dibilang kecil, kalau hanya mau mengelilingi kotanya saja, paling banter menghabiskan waktu 15 menit. Itu sudah keliling kota, tentunya dengan kendaraan bermotor. Ya memang kecil, tapi joss.. Akses ke kota ini sebenarnya banyak, namun pada umumnya adalah lewat Padang, karena via udara. Atau kalau via angkutan darat, biasanya memang ambil rute dari Padang Panjang. Dan itu berarti masih pakai jalan Padang juga. Jalan lain sih banyak. Cuma ya tetap harus mendaki. Hahaha…

Pusat kegiatan disini ada di sekitar jam gadang. Disekitar jam gadang ada yang namanya Pasar Atas. Disini tempatnya kalau mau beli sepatu, baju, dan benda-benda yang bisa dikategorikan agak bersihan. Mengapa begitu? Nanti kita lihat lanjutannya. Di sekitar jam gadang juga adalah Plaza, mirip mall, tapi mungil nan mini. Jangan dibandingkan dengan mal-mal di Jakarta yang bikin pusing saking gedenya. Ada juga balai sidang Bung Hatta, yang kalau nggak salah adalah tempat emak saya wisuda (saya nggak ikut.. huhuhuhu…) Dari pasar atas, kita dapat menuju tempat lain bernama pasar bawah. Nah, diantara pasar bawah dan pasar atas ini ada namanya pasar lereng. Hayooo… Ya ibarat gunung lah, dari bagian atas ke bawah mau turun pasti via lereng. Ya begitu kira-kira. Nah kalau yang dijual di Pasar Atas adalah barang yang agak bersihan, maka yang di pasar bawah adanya ikan asin, tomat, beras, dan sejenisnya. Jangan khawatir soal harga, bisa ditawar. Nah, kalau yang atas agak bersihan, dan yang bawah agak kurang bersihan, maka di pasar lereng ada perifer-nya. Mau cari kaset bajakan, emas bajakan, alat-alat plastik murah, majalah bekas, poster, buku tulis, beha, celana dalam, boleh cari disana. Oya, dari pasar atas ke pasar bawah juga bisa via Jenjang Gudang, nanti keluar di dekat penjara lama. Lalu kalau dari pertengahan pasar lereng bisa turun di Jenjang Lereng. Curamnya minta ampun, dan anak tangganya kecil-kecil, so be carefully. Di ujung dari pasar lereng juga ada jenjang yang lebih elit, tapi saya lupa namanya, maaf.. hehehe..

Itu rute saya pulang sekolah. Dari sekolah saya di belakang Gereja Katolik. Jalan kaki ke jam gadang, pasar atas, pasar lereng, turun jenjang gudang, maen PS dulu, lalu beli paregede (pergedel) di bawah jenjang gudang, jalan lagi ke arah pasar bawah dimana ada petak Ikabe disana. Ikabe adalah angkutan umum disana, selain Mersi. Catat ya, namanya Mersi, alias Merapi Singgalang. Tapi ketika disebut lumayan elit to.. hahaha…

Oke, itu tadi sekelumit soal salah satu tempat di Bukittinggi.

Soal jenjang, memang jadi keniscayaan berada di perbukitan, akan ada banyak turun naiknya. Selain jenjang-jenjang diatas, ada jenjang lain di beberapa tempat. Tapi saya punya concern khusus pada tempat bernama jenjang seribu. Saya bisa yakinikan bahwa saya tobat naik jenjang ini. Hohoho.. Jenjang ini ada di salah satu sisi dari Ngarai Sianok yang tersohor itu. Saya juga bisa pastikan bahwa jumlahnya bukan seribu, sepertinya sih lebih, karena tinggi dari ngarai sianok itu puluhan meter. Dan bagaimana caranya kita bisa mendaki dari dasar ngarai ke atas. Capek? Banget euy.. Tapi kalau mau, boleh dicoba. Kalau mau mencapai jenjang ini dari bawah, butuh perjuangan juga sih menyusuri ngarai. Soalnya dari tempat turun Ikabe Ngarai, belum keliatan. Tapi kalau sudah jalan dikit, kelihatan kok. Silahkan dicari, saya tobat.. Hahaha..Ngarai Sianok ini, menurut salah satu sumber yang saya baca dan percaya, adalah satu dari dua ngarai di dunia selain Grand Canyon. Itu dia, entah sumber apa itu, yang membuat saya keukeuh, tidak ada ngarai lain di dunia selain yang dua itu. Hmmmm..

Apalagi ya? Ohya, kalau hotel janganlah dikau khawatir, ada banyak hotel di Bukittinggi yang mahal sampai yang murah. Losmen juga banyak. Nggak usah ragu soal ini.

Pusat perturisan di Bukittinggi ada di Kampung Cina. Saya bukan mau rasis ya, tapi emang namanya itu je. Memang kampung ini dihuni oleh etnis Tionghoa, dan rata-rata sukses, Hehe… Tempatnya dekat dengan jam gadang juga kok. Jalan dikit ke arah bioskop Sovia atau Hotel The Hills, lalu ikuti jalan turunan sampai mentok, sampai deh. Disitu banyak bule, itu identitasnya. Dan banyak café juga. Saya agak sayang, ada café nuansa Bali. Heh? Ngapain disini? Biarkan tiap daerah punya eksistensi sendiri-sendiri.

Untuk tempat hiburan, ada Niagara Plaza di lantai atas pasar atas (nah looo… atas banget kan?). Cuma nggak terlalu nyaman, menuju kesananya, pun parkirnya. Beuhhh.. Yang pasti kalau mau lihat istimewanya Bukittinggi ya ke Panorama dan Lubang Jepang. Itu hanya ada di Bukittinggi wis.. Yakin.. Tapi tetap perhatikan safety, karena kalau jatuh, ya mati. Beneran dah. Tinggi amat coy. Terus kalau main ke Lubang Jepang, jangan lama-lama. Hehehe.. Oksigen disana rebutan, apalagi kalau rame. Jadi begitu naik dan keluar lagi, serasa hidup kembali. Nggak percaya? Coba, dan datanglah ke Bukittinggi. Ada beberapa tempat lagi yang perlu dikunjungi, benteng Fort De Kock, jempatan Limpapeh, kebun binatang Kinantan (kebun binatang yang letaknya diatas, bayangkan distribusi kotoran hewaninya.. hahaha..), pacuan kuda, museum-museum, rumah Bung Hatta, dan lain-lain.

Ingin berkunjung pasti kan? Hahahaha.. Itulah, Bukittinggi, mantappp…

Catatan penulis: semua istilah telah di-Indonesia-kan. Jadi untuk Janjang, tetap saya tulis sebagai Jenjang. Okay.. hehe..