Sejujurnya, setelah menikah, saya suka menganggap bahwa dinamika yang ada di level anak muda yang belum menikah itu remeh. Hal yang dulu bisa bikin saya galau seharian itu ternyata begitu dipaparkan dengan peliknya hidup rumah tangga di tengah himpitan kebutuhan itu ternyata nggak ada apa-apanya.
Nah, sampai kemudian saya mendapati bahwa ada salah seorang bilang ke saya bahwa dia batal menikah. Seseorang yang saya ketahui sudah sempat cuti beberapa hari untuk mengurus pernikahannya. Biasalah, pekerja Jakarta tapi kampungnya di salah satu kota di Jawa. Sudah tunangan, sudah ada fotonya. Dan lain-lain begitulah. Intinya sih batal menikah.
Pada titik ini saya tentu tidak lagi bisa menganggap sepele. Ini soal pembatalan vendor, pembatalan ke KUA, dll. Bayangkan sudah mengurus ina-inu ke KUA, repot minta ampun, lalu datang lagi untuk membatalkannya. Tentu saja saya tidak pernah menghadapi permasalahan semacam itu. Level keparahan pada persiapan pernikahan saya adalah berantem sampai nangis di depan gereja persis sesudah mengurus buku panduan misa.
Lebih mengesalkan lagi adalah bahwa penyebab batal itu berasal dari orang ketiga. Orang ketiga yang tentunya muncul belakangan di akhir proses separo LDR dengan total jenderal hubungan 5 tahun. Wow. Percayalah, sebagai laki-laki, saya malu sendiri mendengar kelakuan orang itu sampai kemudian membuat orang yang saya kenal tadi harus balik ke rumah lagi guna mengurus pembatalan hanya 1 bulan sesudah mengurus pernikahan.
Cuma, kalau saya pikir-pikir lagi, mendinglah batalnya sekarang. Kalau sempat bablas sampai nikah perkaranya tentu berlipat lebih sulit. Apalagi kalau yang menikah itu PNS. Pertama, misalkan mau cerai saja prosedurnya panjang dan ribet serta nggak cocok untuk suasana batin orang yang mau cerai, yang tentu saja pengen semuanya cepat kelar. Kedua, bisa sempat ada anak, maka akan ada hal lain yang tentu akan menjadi bahan pikiran. Dan banyak hal lainnya.
Batal sekarang mungkin bikin galau sampai nangis. Tapi batal sekarang boleh jadi adalah kunci kebaikan di masa depan. Untuk tidak terjebak di hubungan pernikahan yang boleh jadi tidak akan seindah yang dibayangkan. Bagaimanapun, pernikahan itu akan menghadirkan begitu banyak keindahan tapi juga pada saat yang sama menghadirkan begitu banyak masalah yang boleh jadi tidak akan ada ketika tidak menikah.
Yes bener. Nikah atau enggak, semua ada susah senangnya sendiri2. Ada perjuangannya sendiri2.
LikeLike