Jadi gini. Dalam beberapa hal saya memang masih kalah sama orangtua saya, termasuk juga dalam aspek dulu-duluan ke luar negeri. Bapak-Mamak saya sudah sampai Petronas, saya lebih milih sampai Danau Sentani. Itu juga dibayari negara. Kurang baik apa negara ini? Lho?
Nah, dalam rangka nggak mau kalah sama Bapak dan Mamak akhirnya saya membulatkan perut dan tekad untuk membuat paspor. Dasar kere, umur 28 baru buat paspor. Lha piye meneh? Jadi saya itu buat paspor juga tanpa tendensi hendak ke luar negeri dengan segera. Cuma memang saya sudah melewatkan beberapa lomba blog yang mensyaratkan punya paspor untuk mengikutinya. Kan sedih.
Setelah mengecek ke imigrasi.go.id, problema utama ternyata adalah pada verifikasi keaslian. So, saya harus bawa Kartu Keluarga asli. Padahal tahun lalu itu KK sudah saya bawa buat mengurus pencairan JHT buat beli tivi dan bayar cicilan rumah karena waktu itu saya sudah tiga bulan nggak gajian. Kan pedih. Heu.