Email Resign Anti-Mainstream

ROADTRIP

Seumur hidup, saya baru sekali merasakan resign. Kalau sekadar pindah tempat kerja, sekali juga. Kalau kawin? Belum, sih. Nah, perkara resign ini sangat khas. Namanya juga pekerja swasta, ketika tidak betah, atau ketika disingkirkan pelan-pelan oleh teman sejawat, atau ketika ada tawaran lain yang lebih baik, tinggal pindah dong ya? Ketika berpisah, umumnya ada sekadar sapaan perpisahan by email. Tentunya ini berlaku bagi level yang memang jamak berkomunikasi via email. Kalau yang resign satpam, nggak perlu juga pakai email resign.

images5

Perihal email resign ini selalu saya perhatikan dan simpan di folder khusus. Jadi saya tahu bahwa ada sebagian orang yang copy paste email resign yang lain dengan hanya mengganti nama belaka. Ada juga yang nulis sendiri tapi sebatas 1-2 kalimat. Saya cuma mikir aja, ini kan resign dan akan sulit kita berkomunikasi lagi dengan orang-orang di perusahaan itu, jadi, kenapa kita nggak bikin email resign alias email perpisahan yang anti mainstream? Sesuatu yang bisa dikenang oleh orang banyak bahwa kita itu unik, dan saran saya sih nggak usah mengirim email resign pada sejawat yang menyingkirkan kita. Nanti dia lonjak-lonjak kegirangan.

Ketika saya pindah unit, dalam perusahaan yang sama, saya membuat email perpisahan lokal dengan judul Terima Kasih. Dan ketika saya resign beneran, maka saya harus membuat email sekali seumur hidup yang keren. Ini dia emailnya.

emailnya

Advertisement