
Judul Buku: 9 Summers 10 Autumns
Penulis: Iwan Setyawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Buku ini saya peroleh dengan membeli (tentu saja!) di Pameran Buku di Istora. Sungguh Cikarang bukanlah tempat yang friendly dengan pencinta buku, maka untuk memuaskan hasrat saya harus lari-lari ke Jakarta. Ongkos pulang perginya bahkan sudah bisa beli buku 1 π
Saya mungkin telat membacanya, karena di buku itu sudah tertera “National Best Seller” tentunya sudah ribuan orang membeli buku ini sehingga lantas jadi Best Seller, tapi tidak ada kata terlambat untuk membaca buku. Saya sempat menimang lama buku ini karena budget saya hanya 200 ribu sementara di sini adalah ribuan buku yang semua bagus-bagus. Dengan tekad kukuh berlapis baja saya ambil buku ini.
Sebuah kisah yang inspiratif membuat saya tidak menyesal membeli buku ini. Saya ini kalau beli buku dan nggak suka, maka itu buku nggak akan habis dibaca. Jadi, kalaulah sebuah buku habis dibaca, itu artinya saya cocok. Sebuah kebiasaan yang absurd π
Sudut pandangnya sebenarnya kisah-kisah global yang didetailkan. Misalnya, perkenalan siapa Bapak, siapa Ibuk, bagaimana masa kuliah, masa kerja, dan lainnya dibungkus bab demi bab dalam bentuk obrolan bersama si kecil yang sampai akhir nggak ketahuan siapa. Kalau saya tebak sih itu Mas Iwan versi kecil. CMIIW.
Dan saya terhenyak ketika ada yang meninggalkan posisi bagus di NY demi pulang ke rumah di Batu. Tapi itu sungguh pilihan hati. Dan tidak ada yang salah soal itu.
Konten menarik itu membuat saya menghabiskan buku itu segera dan menomorduakan borongan saya yang lain dari pameran. Hanya saja, secara alur yang menurut saya terlalu slow, sebenarnya membuat saya pengen buru-buru membalik halaman. Ini versi saya lho Mas Iwan hehehe..
Pada intinya ini buku bagus dan menjawab bagaimana perjuangan itu pasti ada buahnya. Dan sesudah membaca buku ini, saya segera menelurkan outline tentang masa-masa keluarga saya jadi kontraktor alias mengontrak rumah dari tempat satu ke tempat lain. Semoga kelak bisa dijadikan buku macam punya Mas Iwan ini. Sip!
Update:
Terima kasih Mas Iwan atas tanggapannya π