Tag Archives: pusing

Elegansi Sebuah Tindakan

How to manage issue?

Isu, apapun, besar-kecil, pastinya akan menjadi hal ihwal yang penting dan mendesak untuk diselesaikan. Kenapa? Sebuah isu itu akan menjadi bara yang memanaskan suasana.

Dan yang dibutuhkan untuk menangani isu itu adalah tindakan.

Nah, persoalannya adalah bagaimana bertindak elegan agar suatu isu tidak berkembang menjadi masalah, apalagi masalah besar.

Hal elegan alias cantik alias luwes dalam menyelesaikan masalah sebenarnya dimulai dari melihat fakta-fakta dan data-data secara komprehensif. Utamanya melihat seluruh data dalam definisinya masing-masing. Komprehensif juga setidaknya mengerti makna dari data-data yang terkandung.

Saya pernah punya bos dengan tindakan yang elegan, tentu juga pernah ngawur. *hehehe, sorry loh pak*

Jadi suatu kali, gudang itu penuh minta ampun. Sederhananya, miss plan. Nah ketika nilai inventori menggunung, dapur produksi belum maksimal, isunya adalah what to do? Ada yang langsung laporan ke atas, ada yang mencerna dulu masalahnya baru laporan.

Dan kejadian waktu itu, dua-duanya terjadi.

Saya ikutan mempersiapkan datanya siang dan malam, termasuk proyeksi bagaimana membuatnya normal dalam time phase 6 bulan. Tampak mustahil, tapi bukan bermakna nggak bisa.

Dengan bekal data itulah, lantas pakbos menghadap, menghadapi pertanyaan besar kenapa ini terjadi dan bagaimana ini dikelola. Saya pusing, dan saya yakin pakbos saya lebih pusing. Tapi tim kami bertindak dengan elegan. Maksud saya, mainnya cantik. Saya ingatnya menjadi semacam pertarungan data. Yang satu membahas dari sisi kekinian, yang satu dari perspektif masa depan. Dua-duanya saya padukan dalam satu report yang niscaya kemudian menjadi kelegaan terbesar saya dalam hidup.

Yah.. Elegansi, keluwesan, keindahan dalam bertindak menjadi kuncinya. Elegansi bukan ABS, alias Asal Bapak Senang. Elegansi adalah bertindak dengan manis, dengan janji yang oke tapi realistis, dan yang pasti bertindak atas dasar data yang jelas dan definisi yang pasti.

Akhirnya memang, Oktober, misi nyaris mustahil itu tercapai. Overload bisa turun. Saya ingat benar setiap hari berharap conditional formatting yang saya buat merah itu segera menjadi putih, pertanda kapasitas sudah oke. Setiap hari saya nggak lelah menarik data dan mencernanya.

Rong-rongan ada, jelas, tapi dengan basis data dan tindakan yang bermakna dari pakbos, meski tentu di sisi tertentu saya sebel dengan cara-cara ala manusia planning (ini kan jenis manusia paling dibenci di pabrik manapun.. huhuhuhu…), tapi hasilnya oke. Isu yang besar itu dikelola dan tidak menjadi lebih besar, tapi lantas diselesaikan dengan cara yang manis.

Saya tersenyum melihat angka 4 di BSC. Bagi saya itu awesome.

Nah, saya bukan mau menggurui siapapun dengan posting ini. Saya hanya berefleksi pada salah satu momen terburuk dan terindah saya dalam hidup. Terburuk karena itu momen saya pulang jam 11 malam dan datang lagi jam 7 pagi. Terburuk ketika saya setiap hari mimpinya bahan baku. Terburuk karena dering telepon itu ibarat lonceng kematian bagi saya.

Tapi terbaik ketika saya bisa menunjukkan bahwa saya bisa. Ketika kemudian orang-orang tahu, siapa kami, siapa saya. Ketika semuanya lantas mengerti bahwa performa itu tidak berdasar sekadar bacot atau arogansi, tapi tindakan nyata yang membuahkan hasil yang jelas.

Nah, kalau masalah besar begitu.

Hari ini saya komunikasi dengan beberapa rekan lama, sedikit nostalgia keadaan. Yah, bahwa kadang saya dirindukan sebagai salah satu personil yang kompromistis. Bagi saya, bagian planning itu harus kompromi, itu pasti. Apapun yang kompromi dengan tujuan tercapainya pemenuhan forecast. Jadi aspek-aspek administrasi, kadang saya tuntaskan tanpa melewati pakbos, asal kadarnya sesuai. Itu cara saya. Dan syukurlah, kompromi itu kemudian menjadi perkara kecil yang tidak perlu raise issue sehingga lantas jadi heboh nggak penting. Toh sudah ada heboh besar ketika inventori menggunung, cukuplah. Nggak usah disertai kehebohan lain lagi, apalagi yang remeh.

Kenapa saya berani? Ya karena saya cukup tahu definisi. Artinya, dengan bekal yang saya tahu-walau sedikit-ya saya bisalah melakukan tindakan dengan luwes, tanpa perlu menjadikan ini isu dan kemudian masalah besar.

Misal nih, kalau cuma sekadar permintaan bahan baku untuk trial di produksi, apa iya harus ditolak? Trial itu kan kaitannya untuk proses, iya kan? Proses nanti bakalnya ngeluarin produk juga. Padahal inti dari seluruh bisnis, ya produk. So? Apa lagi? Kalau memang permintaan itu mengurangi stok signifikan, putar otak lagi. Kalau mau ya beli lagi. Gitu aja siklusnya.

Dan Pakbos saya baru tahu soal masalah itu, ketika ia approve permintaan pembelian yang saya buat.

“Ini buat apa?”

“Begini, begini, begini…”

Hanya 5 menit, dengan logika yang oke, dan report yang jelas (tentu include data), disetujuilah permintaan itu.

Begitulah.. Tidak semua isu akan berkembang menjadi masalah kalau dipadamkan segera. Tapi tindakan yang tidak elegan, justru akan menyulut bara api tadi jadi api beneran.

Dan kalau kemudian sudah jadi api, semua sudah kebakaran, mau bilang apa? Apalagi ketika kemudian dibuktikan bahwa seharusnya itu nggak jadi hal besar? Misal kita kepanasan di sauna, itu bukan bermakna di luar ruang sauna itu ada kebakaran kan? Logikanya sih begitu.

Hmmm, macam menggurui kali tulisan ini. Tapi ini beneran refleksi saja, hasil kenang mengenang hari ini. Sekali lagi, bahwa saya kemarin juga habis bikin masalah sendiri, sehingga lantas kehilangan. Kenapa? Ya karena saya mengelola isu yang kecil dengan cara yang salah, jadilah ia api yang besar dan hancur.

Refleksi pribadi saya, ditunjang hasil mengenang hari ini, dan disertai pengamatan. Begitulah, pada akhirnya, semua masalah tidak akan besar jika ditangani dengan cara yang elegan.

Sesederhana itu, tapi sulit banget. Mana saya baru 3 hari yang lalu bertindak tidak elegan. Huhuhuhuhu…

Nggak apa-apa, hidup itu belajar, jadi lebih baik 🙂

Semangat!

Membanding-Bandingkan

Hahhhh… Entahlah, ini mungkin sedang hectic saja. Penuh, entah dengan apa. Jadi pengen sedikit berefleksi dengan membanding-bandingkan. Bukan maksud apapun kok, ini kan versi saya dan suka-suka saya, lha wong blog juga blog saya. Hahahaha..

Okehhh, kantor lama saya dan kantor saya sekarang sebenarnya satu perusahaan yang sama. Saya pindah dengan sebuah alasan yang (mungkin) lantas disesali. Jadi gini ya saudara-saudari, JANGAN SEKALI-KALI PINDAH KERJA KARENA ALASAN PACAR. Dari sisi itu, saya mungkin menyesal (lha njuk pedhot e.. hahaha..). Tapi dari sisi lain, saya bisa dibilang bersyukur dengan apa yang saya dapat di tempat baru ini, terutama penguasaan saya (dengan belajar sendiri) pada standar-standar yang sama sekali asing. Yah, dulu mana ada saya pernah tahu HACCP, ISO 22000, apalagi Sistem Jaminan Halal. Ya kan? Jadi ya sudah, nggak boleh ada penyesalan, karena toh semua ada positif dan negatif.

Total jenderal saya melakoni dua pekerjaan yang totally different dari sisi ritme dengan tingkat pusing yang sama. Ya iyalah, saya kan digaji untuk pusing dan lantas menghasilkan operasional yang baik. Bukan begitu?

Di tempat lama, saya terjun dalam sebuah rutinitas. Yak, tanggal sekian terima MPS, tanggal sekian upload planning, tanggal sekian running planning, tanggal sekian buat PR, tanggal sekian bikin ROFO. Begitu terus. Belum lagi ada kala material-material yang entah ada itunya, anunya, kurang itu, kurang anu. Ashh mbohh.. Hahaha.. Belum lagi, namanya juga orang planning, ada tarik ulur permintaan. Dan belum lagi yang paling bikin error dunia akhirat, gudang penuh. Hahaha.. Itu bagian-bagian yang setelah saya konfirmasi kemana-mana, jebule podho wae. Ya memang jatuhnya sama. Masalah itu ada relevansi dengan rutinitas. Dan ya memang begitu.

Di tempat sekarang, secara rutinitas memang anjlok. Lha dari 800 terjun ke 4, kompleksnya planning sejujurnya nggak kerasa. Tapi saya juga ngurus rutinitas untuk administrasi, dan saya baru bahan kenapa dulu saya harus susah payah nelpon ke gudang supaya bisa entry penerimaan ke sistem. Jebule angel rek. Saya ketemu dengan supplier yang macam-macam tingkahnya. Saya ketemu dengan dokumen-dokumen yang dulu saya nggak peduli. Itu separuh kerja saya. Sisi lain adalah di itu tadi, belajar standar-standar baru, implementasi, cari gap, cari pemenuhan gap, dan seterusnya. Well, sejujurnya, ini jauh lebih pusing daripada memutuskan harus order 5000 atau 7500. Bener deh. Tapi ya semoga bisa memberikan saya pemahaman lebih soal ilmu-ilmu baru ini, yang notabene di kuliah saya nggak paham. Jujur neh, karena kerja disinilah saya mulai konsen dengan kelas ruangan A sampai G, juga dengan IQ-OQ-PQ. Yah walau kuliah CPOB saya dapat A, tapi kan daya ingat rendah, jadi lupa deh.

Hahahahaha..

Jadi ya, kalau mau membanding-bandingkan, jatuhnya sama saja. Saya suka nguping kerjaan di pabrik otomotif hingga ke retail distribusi, ya sama. Konflik ada, masalah ada, hal-hal absurd ya ada juga. Semuanya berjalan karena memang kita hidup di dunia dan berhubungan dengan manusia.

Ini sekadar refleksi iseng saja kok, tidak mempengaruhi penilaian saya pada apapun. Saya bekerja disini sekarang, dan toh saya harus berkarya disini. Bekerja yang terbaik bukanlah sekadar demi bertahan hidup, tapi juga demi memberikan karya.

Eh, eh.. Satu hal yang kadang unik adalah ketika di pengobatan gratis ketemu obat dari kantor lama, yang saya paham batchnya, dan lantas tarik ke belakang… Ehhhh.. ini poly-nya saya yang order lohhh.. Ini doos-nya saya order sambil marah-marah, dan malah saya SOBEK sendiri (demi keamanan akan obat palsu). Hahaha.. Ini sungguh unik, buat saya. Entah buat yang lain.

Sekali lagi, ini semata-mata membandingkan. Kalaupun ada penyesalan, tentu karena sebuah alasan PACAR itu tadi. Tapi kira-kira sih impas dengan hal-hal lain, misal akses ke Jogja/Bukittinggi lebih murah, dan lainnya. Jadi, inilah hidup, kerjakan dan lanjutkan, demi kemuliaan Tuhan yang LEBIH BESAR.

Semua hal ada baik dan buruk kok, karena kita hidup di dunia 🙂

Kali Ini Soal GALAU…

Galau. Satu kata yang akhir-akhir ini banyak digunakan untuk menggambarkan banyak hal. Sebut saja sarjana galau dan Galauerssss Brotherhood. Sebenarnya apa sih artinya?

Menurut KBBI Online, galau bermakna sibuk beramai-ramai, ramai sekali, dan kacau tidak keruan (pikiran).

Kalau menurut Titi DJ galau adalah sebagai berikut:

perasaan ini apa namanya
ku takut untuk menyebut apa namanya
bukan karena ku takut salah
tetapi ku takut benar apa yang kurasa
pedih yang menghujam di sanubariku
hancurkan keyakinan yang menjadi kekuatanku
aku jatuh lagi sekali lagi jatuh
untuk sekian kali namun kali ini ku galau
bukan karena ku takut salah
tetapi ku takut benar apa yang kurasa
aku jatuh lagi sekali lagi jatuh
untuk sekian kali namun kali ini ku galau
pedih yang menghujam di sanubariku
hancurkan keyakinan yang menjadi kekuatanku
aku jatuh lagi sekali lagi jatuh
untuk sekian kali namun kali ini aku galau

galau…

Bahkan jangan salah, galau juga tempat menimba ilmu. Cek saja Gala University disini.

Versi Google Terjemahan, galau diparalelkan dengan hubbub. Sumpah deh, seumur-umur baru denger ini kata. Hubbub sendiri bisa bermakna loud noise, bisa juga bermakna confusion, tumult. Diperkirakan kata ini berasal dari bahasa Irish Gaelic hooboobbes, yang juga mirip dengan Scottish Gaelic, ubub, yang merupakan sebuah kata seru keengganan atau penghinaan.

Sering disebutkan bahwa Celtic, penduduk awal Inggris, memberikan kontribusi yang kecil terhadap perbendaharaan kata di bahasa Inggris. Hubbub pertama kali dikenal pada 1555 dalam frase Irlandia dan bermakna “orang banyak berteriak bingung”. Dan oleh kolonis di New England dipakai untuk permainan kasar yang dimainkan oleh penduduk asli Amerika.

Dalam banyak persamaan, hubbub diparalelkan dengan hue and cry, confusion, disturbance, riot, disorder, clamour, rumpus, bedlam, brouhaha, ruction, hullabaloo, dan ruckus.

Galau, di masa sekarang, memang mengacu pada keadaan kacau, bingung, tidak sesuai harapan dan sejenisnya. Ya pantas saja, dari awalnya kata ini memang sudah buruk. Hehehehe… Yang penting, jangan galau berkelanjutan, kita perlu distraksi.

Salam galau!!!

 * * *

Sumber:
http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
http://www.lirik-lagu.web.id/t/titi-dj/titi-dj-galau/

http://www.galau.com/

http://www.thefreedictionary.com/hubbub