Tag Archives: ucapan terima kasih

Taaruf

Sebetulnya saya menimbang berkali-kali untuk menulis ini. Bagaimanapun saya harus menghormati orang yang tindakannya kemudian membuat saya jadi menulis ini. Hmmm, ya sudah, asal saya kemudian menyamarkan semuanya, mestinya nggak masalah kan? Lagian, sebulan sesudah kejadian, HP-nya error, hilanglah semua bukti-bukti yang ada.

taaruf4

Jadi ceritanya, saya lagi antre mau sakramen tobat alias ngaku dosa, bukan ngaku-ngaku kalau berdosa. Soalnya, ya emang berdosa beneran. *jadi ingat belum penitensi*. Sedang asyik menunggu, sambil mendengarkan pembicaraan ‘khas’ bapak-bapak di lingkungan soal IMAN, masuklah pesan singkat, bunyinya kira-kira begini:

“saya ingin ta’aruf dgn antum boleh tidak?”

Pesan itu kemudian disertai nama, sedikit latar belakang, dan pertanyaan soal kriteria istri. Ya, namanya adalah si Anu, umur 2-3 tahun lebih tua daripada saya, dan pertanyaan terakhir itu cukup mengusik saya nan jomlo maksimal bin menajun. Ada 3 diksi dari SMS itu yang kemudian jadi pertanyaan buat saya, yakni ta’aruf, lantas antum, dan syukron. Jarang dapat SMS macam itu soalnya.

Antum kemudian saya dapati disini, bermakna mirip ‘anda’, tapi dalam konteks halusnya Arab. Lalu juga syukron, pada sumber yang sama bermakna ucapan terima kasih. Selesai untuk yang ini. NAH! Soal ta’aruf, saya jadi bingung sendiri. Sebagaimana yang saya lihat di film Ayat-Ayat Cinta, ta’aruf itu pertemuan Fahri dengan Aisyah. Eh, busyet, Aisyah-nya cantik nian disana. *salah fokus*. Lalu juga obrol-obrol saya dengan rekan yang muslim, bahwa ta’aruf itu kaitannya erat dengan jodoh dan pernikahan. Klik dengan isi pesan singkat yang bertanya soal kriteria istri. Lalu saya lari ke kamus, ternyata artinya nggak gitu-gitu juga. Ternyata artinya hanya PERKENALAN, dan ditulis sebagai taaruf sebagai bentuk yang sudah di-Indonesia-kan.

Terus, saya cari sumber lain. Kalau disini bilangnya:

Ta’aruf proses perkenalan dan pendekatan antara laki-laki dan wanita yang hendak menikah. Ta’aruf sangat berbeda dengan pacaran. Ta’aruf secara syar’i memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah. Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta’aruf adalah dari segi tujuan, cara, dan manfaat.

Kalau disini, bilangnya:

secara bahasa adalah memperkenalkan atau perkenalan. kata tersebut dipakai dalam dunia islam untuk meminang seorang perempuan lajang(gadis) melalui orang lain yang sejenis, atau untuk melihat seberapa sempurnanya gadis yang nanti akan dilamar.

Kalau disini, ditulis:

Jadi pengertiran ta’aruf itu adalah saling mengenal. Kalau ada istilah saling mengenal, maka tentu bermagna lebih dari satu orang atau sekelompok orang.

Dan sumber terakhir yang saya lihat adalah disini, dan tertulis:

Taaruf adalah kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang berkenalan bertatap muka, atau main/bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan penghuninya. Bisa juga dikatakan bahwa tujuan dari berkenalan tersebut adalah untuk mencari jodoh. Taaruf bisa juga dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke jenjang khitbah – taaruf dengan mempertemukan yang hendak dijodohkan dengan maksud agar saling mengenal.

Nah, terus?

Sebenarnya sih, saya malah jadi bingung. Pertama, bingung kenapa saya diajak taaruf. Kedua, apakah mbaknya itu sebelum kirim SMS itu nggak lihat nama depan saya semacam itu. Ketiga, saya sih tidak hendak memperpanjang soal ini. Satu hal, dalam pemahaman yang saya percaya, pacaran itu diperlukan. Lha wong pacaran bola bali ki putas putus wae. Padahal di dalam keyakinan saya, pernikahan itu kan tidak terceraikan, kecuali oleh maut.

Ini soal keyakinan saja kok. Siapapun boleh meyakini yang menurutnya benar. Hanya saja, si pengirim pesan singkat kemarin, mengirimnya ke orang yang salah. Itu saja kok masalahnya. 🙂

Pendadaran

Entah mengapa dan bagaimana saya jadi teringat soal pendadaran saya beberapa tahun silam, tepatnya sih 2 Januari 2008 (020108).

Jejak-jejaknya sudah dimulai dari bermalam tahun baru dengan slide presentasi, paling wagu sedunia kalau ini. Hehehe… Lalu saya mencoba tidur di tanggal 1 malam, sejak jam 8, dan… GAGAL!

Deg-degannya, entah mengapa dan bagaimana, membuat saya gagal tidur. Jam 4 pagi kemudian saya menjemput penguji di stasiun. Ehm, biar nggaya ini maksudnya. Saya antar ke hotel dan disana beliau menelepon teman dari grup yang sama dan masih/sudah bangun. Artinya? Yak, semua sama-sama sulit tidur. Hehehe..

Oke. Lanjut. Saya kemudian pulang dan akhirnya BERHASIL tidur 1 jam berkat bantuan Anti*o setengah tablet, sebuah miss-use oleh calon S. Farm.

Lalu dan lagi, saya bangun pagi-pagi sekali dan berangkat juga pagi sekali meski jadwal pertama bukan saya, kalau nggak salah Ana. Saya membantu dengan sepenuh hati mempersiapkan viewer dll, dan sungguh tidak mengantuk. Ketika itu langsung sadar kalau belum ada laptop. Ehm lagi, saya waktu itu masih kere, nggak punya laptop, masak ya bawa-bawa desktop kamar kos ke kampus?

Maka langsung capcus ke rumahnya Manda, lalu pinjam laptop, dan namanya terpatri indah di ucapan terima kasih skripsi saya di satu nomor. Hehehe..

Saya giliran ketiga, kalau nggak salah sesudah Rissa. Dan itulah, asli saya nggak ngantuk meski hanya tidur 1 jam. Apa sih yang saya takutkan? Entah!

Soal kostum. Well, celana yang saya pakai adalah satu-satunya celana kain yang saya punya, sejak semester 1. Celana yang sama dengan konser Melody of Memory, celana yang juga join di KPS Unpar, dan celana yang itu juga dalam Golden Voice Christmas Choir Competition. Sepatu? Ya sama juga. Hehehe..

Baju? Nah, yang ini punya bapak. Saya sungguh hanya modal beli DASI di Stock Well yang diskon. Udah.

Saya masuk, deg-degan, lalu didadar disana. Dan semuanya dijawab dengan lancar dan manis. Ternyata kalau skripsi itu digarap sendiri, nggak ada yang perlu ditakutkan. Itulah yang disebut keniscayaan. Kalau suatu metode kita tahu asal muasalnya, kelemahan adalah sesuatu yang bisa diakui, asal jelas. Yang pasti, kehancuran skripsi dan pendadaran adalah ketika kita tidak tahu apa yang kita tulis. Dan ini banyak, copy paste pasti penyakit utama. Syukurlah, saya nggak copy paste sama sekali. Skripsi saya justru dengan baik dan benar menjadi sarana untuk mencurahkan hasrat menulis yang lama lepas.

Oya, kalau mau cek, di skripsi saya, profil penulis ada di halaman 123. Hehehe.. Meskipun total jenderal sampai mau 200 karena ternyata tambahannya banyak sekali. Saya itu orangnya ya begitu, sampai profil penulis pun dipas-paskan dengan halaman 123.

Yahhh, itulah pendadaran. Saya tepar sepulangnya karena tidak tidur itu bikin ngantuk juga. Tanggal 3 saya datang lagi, membantu ujian teman lain, dan syukurlah sukses semua. Sorenya saya bablas ke Ambarawa, nyanyi koor manten dan mendapatkan SMS yang tidak dapat saya lupakan sampai saat ini.

Aku lagi ndelok foto-foto di jakarte. Entah mengapa aku merindukanmu.”

Hmmmmmmmmmm…