Tag Archives: katolik

Cerita Dari Theresia

Sebenarnya dalam periode perjalanan #KelilingKAJ, Gereja ini termasuk sering saya datangi. Cuma karena dekat dengan bakal kesini-sini lagi juga, kok mulai malas menuliskan, bahkan mengambil foto juga malas. Ini juga kalau Keuskupan Agung Jakarta kagak mendung pekat, saya juga nggak buka laptop dan menulis tentang #KelilingKAJ ke Gereja Theresia ini.

Yes, Gereja di bawah lindungan Santa Theresia ini merupakan salah satu generasi Gereja Katolik pertama di Jakarta. Terletak tidak jauh dari jalan protokol, Thamrin, dan bisa dijangkau dengan TransJakarta, cukup turun di Halte Sarinah lantas berjalan melalui Sarinah ke belakang. Gereja ini ditemukan di sebelah kanan. Kalau lagi jam misa, lebih gampang lagi. Cari saja yang parkiran mobilnya mewah-mewah dua lapis. Ehehe.

Selengkapnya!

Habemus Papam: Paus Fransiskus I

Pagi-pagi, saya buka Twitter dan melihat beberapa orang teman menyebut ‘Habemus Papam‘ di TL mereka. Well, ini kabar baik setelah setidaknya 4 misa saya ikuti tanpa mendoakan Paus, tentunya mengingat Gereja Katolik sedang dalam masa Sede Vacante setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI 28 Februari silam. Meskipun saya ngekek habis melihat ada yang komen di posting saya dan bilang kalau Paus (emeritus) Benediktus XVI pindah agama. Hahahaha..

Setelah asap putih tampak di Kapel Sistina, akhirnya nongollah Bapa Suci yang baru atas nama Kardinal Jorge Mario Bergoglio, kelahiran 1936 dan berumur 76 tahun. Dua tahun lebih muda dibandingkan umur Kardinal Ratzinger ketika ditahbiskan, namun 20 tahun lebih tua dibandingkan umur Kardinal Karol Wojtyla saat menjadi Paus Yohanes Paulus II. Ehm, sebenarnya untuk kasus Beato Yohanes Paulus II, bisa jadi para kardinal juga terpengaruh latar belakang sebelumnya bahwa usia masa kepausan Paus Yohanes Paulus I hanya 33 hari.

Kardinal Bergoglio terpilih menjadi paus ke 266 sepanjang riwayat Gereja Katolik, tentunya tidak dihitung dari Yesus. Ingat, Yesus sama sekali tidak membawa ajaran agama ke dunia, karena Yesus adalah penganut Yahudi yang mengajar di sinagoga-sinagoga dan tempat lainnya.

Uniknya, Kardinal Bergoglio tidak memilih nama yang sudah ada, namun memakai nama yang baru, Fransiskus. Well, itu nama SD saya memang. Nama Fransiskus sendiri ditengarai merujuk pada Santo Fransiskus Asisi. Di dunia Katolik, masih ada Fransiskus yang lain, sebut saja Fransiskus De Sales atau Fransiskus Xaverius.

Mengingat sidang kardinal bertajuk konklaf ini terhitung baru, maka terpilihnya Kardinal Bergoglio termasuk mengejutkan. Iya, posisinya Kardinal Ratzinger dulu cenderung lebih kuat dan masa terpilihnya juga cukup wajar. Kenapa? Kardinal Ratzinger adalah rektornya pada kardinal, jadi adalah cukup wajar ketika para kardinal memilih rektornya sendiri. Adapun Kardinal Bergoglio terpilih pada sidang ke lima. Asap putih tampak pada 7.05 pm dan dua menit kemudian bel di basilika Santo Petrus dibunyikan untuk mengkonfirmasi.

Banyak catatan ‘pertama’ yang ditulis hari ini. Paus Fransiskus I adalah Paus pertama dari Amerika Latin, sepanjang sejarah Katolik. Dan juga adalah Paus dari luar Eropa pertama semenjak ratusan tahun.

Pada 8.12 pm, Kardinal Jean-Louis Tauran, tampil di balkon dan kemudian berkata, “Saya umumkan kabar gembira pada kalian: kita punya Paus baru! Yang Mulia, Kardinal Roma, Bergoglio, yang memilih nama Fransiskus.”

Kabar kabur bilang kalau beliau adalah juara 2 dalam konklaf 2005 silam. Tapi entah kalau soal itu. Di luar itu, Kardinal Bergoglio memilik reputasi bagus dalam pelayanan, terutama di Amerika Latin yang merupakan region terbesar penganut Katolik dunia. *kalo nyari jodoh disana gampang kali ya -__-“*

Ada komen di salah satu portal berita Indonesia yang bilang kalau Kardinal Bergoglio/Paus Fransiskus I ini adalah Jokowi-nya umat Katolik dunia. Dan benar juga, karena dalam karyanya, beliau bahkan disebut mengendarai bis, mengunjungi yang miskin, bahkan hidup di apartemen sederhana dan memasak makanannya sendiri. Di Buenos Aires, dia dikenal sebagai Pastor Jorge.

Well, kalau begini, jadi ingat petinggi-petinggi gereja yang naiknya Harrier, Fortuner, dan malah ada yang minta mobil ketika dipindahkan ke paroki baru. *ehm*

Bagian yang mungkin harus diperhatikan adalah sikap dasar beliau yang pro-life. Hal ini otomatis akan relevan dengan sikapnya terhadap aborsi dan pernikahan sesama jenis. Bahkan pada 2010, Kardinal Bergoglio mengeluarkan protes keras soal legalisasi pernikahan sesama jenis di Argentina dan menyebutnya sebagai ‘cedera serius bagi keluarga’. Bahkan untuk pernikahan sesama jenis beliau cukup keras bilang bahwa adopsi di dalam pernikahan itu ‘merampas pertumbuhan anak yang diinginkan Tuhan diberikan oleh ayah dan ibunya’. Ini mendasar sih, tentu kasuistis untuk orang tua yang membuang anaknya.

Perannya sering memaksa beliau untuk berbicara soal masalah ekonomi, sosial dan politik yang dihadapi negara. Homilinya sering diisi dengan referensi terhadap fakta yang dihadapi dan dibutuhkan untuk memastikan semua orang respek dan peduli.

Jorge Bergoglio sendiri lahir di Buenos Aires, pada 17 Desember. Beliau awalnya adalah lulusan jurusan kimia di Universitas Buenos Aires, yang kemudian masuk Jesuit di seminari Villa Devoto. Jadi beliau nggak lewat seminari menengah.

Dalam ‘karier’-nya di Jesuit, beliau sempat menjabat sebagai Provinsial Jesuit provinsi Argentina di akhir 1970-an. Pada 1980 beliau menjadi guru di sekolah Jesuit. Ya, sederhananya, masak sih sudah jadi Gubernur, sempat ngajar anak sekolahan lagi? Bisa dibilang ini bukti kerendahhatian.

May 1992, beliau ditunjuk sebagai uskup auksilier Buenos Aires. Lima tahun kemudian menjadi uskup co-ajutor, dan pada 28 Februari 1998 menjadi uskup Buenos Aires.

Lebih jelas sila cek ke sumber asli konggregasi yang bersangkutan.

Syukurlah. Keunikan khas Katolik menurut saya memang perihal hierarki ini. Semoga kehadiran Paus Fransiskus I memberi warna yang indah untuk hidup rohani seluruh umat Katolik di dunia.

Amin!

 

 

Ignasius Jonan Dan Semangat Perubahan

29 Juni saya ke Pasar Senen, ini pertama kalinya saya naik sepur sesudah November 2011, kala itu naik Turangga dari Surabaya ke Jogja. Agak kaget karena hendak duduk masuk ke dekat rel, eh nggak boleh. Jadi masalah, karena tiket saya dibawa sama Robert yang hampir bisa dipastikan akan datang mepet. Kalau nggak, bukan Robert namanya. Ya begitulah.

Usut punya usut, ternyata ada yang namanya sistem BOARDING. Ciee, udah kayak naik pesawat aja nih. Jadi udah minim tuh tangis-tangisan di atas kereta laiknya yang sering saya lihat zaman masih mungil dulu. Perubahan yang terjadi sejatinya sangat signifikan. Saya naik Senja Utama dan tidak ada orang ngemper di lantai. Ada sih ada, tapi itu lebih karena hendak terkapar, dia punya tiket dan punya nomor kursi kok. Lha saya ingat banget tiket Cirebon-Jogja saya tahun 2001 itu kelas Bisnis tanpa nomor, jadinya?

NGGAK DUDUK CUYY!!! Perubahan ini beda banget ketika saya naik waktu erupsi Merapi. Itu hampir nggak bisa nafas saking ramainya.

Nah, siapa sosok di balik perubahan itu? Usut punya usut, ternyata Bapak yang satu ini: Ignasius Jonan.

sumber: http://www.hidupkatolik.com

Pak Jonan dilantik jadi Dirut KAI pada 25 Februari 2009, ketika mentri BUMN-nya masih Pak Sofyan Jalil. Latar belakangnya? Akuntansi. Lha?

Lahir pada 21 Juni 1963 di Singapura sudah menjadi profil masa muda Pak Jonan. Ya, dia pasti anak orang kaya. Ayahnya Jusuf Jonan adalah pengusaha, ibunya putri seorang pejabat tinggi Singapura. Sampai umur 10 tahun, hidup di Singapura dan berlanjut ke Surabaya. Ia kemudian kuliah Akuntansi di Universitas Airlangga, Surabaya, setelah sebelumnya sekolah di SMA St. Louis, Surabaya. Pilihan SMA dan namanya sebenarnya sudah menjelaskan latar belakang religi Pak Jonan.

Sebagai anak orang kaya, yang mapan di dunia finansial, terjun di pelayanan publik tentu jadi masalah sendiri. Tapi kemudian, masalah itu dihadapi dengan cara khusus. Beliau berkata, “Saya selalu membawa ini. Saya kalau berdoa itu: Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu. Tapi, ya praktiknya susah. Saya sebagai manusia tidak bisa pasrah 100 persen.”

Apakah benda itu? Sebuah Rosario dan medali bergambar suci 🙂

Lulusan International Relations and Affairs, Fletcher School of Law and Diplomacy dan Harvard Law School, US ini pernah berkarier di PT. Bahana Pembiayaan Usaha Indonesia dan Citi Grup. Jadi benar-benar urusannya tidak ke transportasi. Jonan berhasil mengubah perusahaan rugi Rp. 83,4 M pada 2008 menjadi untung Rp. 153,8 M pada 2009 dan seterusnya di atas Rp. 200 M. Banyak terobosan dilakukan, meski diakui kadang tidak sempurna.

Kalau buat saya sih yang paling OK itu bisa pesan tiket online, kereta cenderung juga lebih bersih. Meski memang yang jualan “akua kua kua, mijon, mijon, mijon, pecel, pijet-pijet” itu masih ada. Tapi overall, numpak sepur itu sudah jauh lebih nyaman. Kenapa sih, berani melakukan perubahan? Ternyata karena secara umum memang tidak punya interest pribadi, jadi perubahan itu mengacu pada aturan yang ada.

Dan yang pasti, iman. Katanya, ”kalau saya tidak punya iman, saya mungkin tidak akan berani. Saya ini manusia kok, bukan robot. Kalau ditanya mengapa masih di sini, saya tidak tahu. Karena Gusti Allah, saya berada di kereta api. Saya percaya kalau yang Maha Kuasa menghendaki saya di sini, saya tetap di sini”.

Dan gairah utamanya kini adalah manfaat. ”Bagi saya, yang penting pekerjaan ini bermanfaat buat banyak orang”.

Nah, cuma seperti yang pernah disentil Pak Dahlan Iskan, Bapak Jonan ini perokok berat. Jadi sesuai doa pak DIS, mari kita doakan Pak Jonan berhenti merokok juga. Hehehe..

Sumber: Suara Karya OnlineKompas.comHidup Katolik