Tag Archives: museum

6 Kegiatan Gratisan di Sekitar Universal Studio Singapore

Bahwasanya tidak ada yang gratis di dunia ini. Kalau di Indonesia, pipis mbayar. Kalau di Singapura, ngeludah itu mbayar. Sungguhpun sekarang ini untuk sekadar berekskresi belaka, ternyata bukan hal yang mudah. Namun demikian, bagi manusia yang hendak berwisata (tapi) kere di Singapura, kita tetap bisa melakoni kegiatan yang gratisan namun menyenangkan di sekitar Universal Studio Singapore. Jadi, tanpa perlu mengeluarkan uang tujuh puluhan dollar Singapura untuk masuk ke Universal Studio, kita sudah bisa menahbiskan diri jadi wisatawan gratisan.

mtf_kvfaz_317.jpg.jpg

Jadi, cukup dengan mengeluarkan duit 4 dollar Singapura, alias kurang lebih 40 ribu rupiah, kita sudah dapat naik Monorel dari Vivo Mall ke Sentosa Island. Di perhentian pertama, kita berhenti dan mbak-mbak kece sudah ada di pintu Monorel untuk mengarahkan kita sampai ke DEPAN Universal Studio. Mestinya sih masuk ke dalam Universal Studio, seperti yang dituliskan sama Om Roy Saputra di postingan paling populer di blognya. Nah, bagi yang belum mampu, ini dia enam kegiatan gratisan yang dapat kita lakukan di sekitar Universal Studio Singapore bersama OOM ALFA.

1. Menikmati Perjalanan Monorail
Okelah, ini tidak gratis karena kita bayar 4 dollar Singapura. Namun, 4 dollar ini berlaku sepuas kita mau bolak balik Monorail Sentosa Island sesuka kita. Ada tiga stasiun destinasi kalau kita berangkat dari Vivo Mall, yang akan dilewati oleh Monorail berwarna-warni kece itu. Tidak lama, makanya kalau memang belum puas ya bablaskan saja bolak-balik suka-suka, niscaya 4 dollar Singapura akan terasa gratis.

2. Berfoto Dengan Bola Dunia khas Universal Studio
Ini mau Mamak-Mamak-Naik-Metik sampai cabe-cabean juga pasti akan mencari spot satu ini. Bola besar dengan tulisan UNIVERSAL yang selalu berputar pelan itu adalah titik foto paling happening dan selalu kekinian. Mamak saya saja sudah duluan berfoto di tempat itu. Lokasinya persis di depan pintu masuk Universal Studio. Cukup lapang untuk berfoto, namun perlu usaha, kerja keras, dan doa untuk mendapatkan posisi foto yang clear dari sesama manusia. Sekali lagi, itu karena animo yang luar biasa dari para pengunjung–yang sebagian adalah turis gratisan kayak saya.

Selengkapnya, klik disini!

Berefleksi ke Museum Sumpah Pemuda

Salah satu hal yang sering menggoda mata saya ketika dalam perjalanan TransJakarta pasca halte Pal Putih adalah sebuah bangunan kecil di jalan Kramat Raya yang tidak jauh dari halte itu dan tidak jauh pula dari Mie Babat Senen nan haram itu. Bangunan itu adalah Museum Sumpah Pemuda. Nah, di panas terik nan sunyi sepi sendiri, saya kemudian memutuskan untuk mampir. Tentu saja turun di Halte Pal Putih, bukan Pal Merah. Kalau itu jauh dan nggak ada TransJakarta, gitu.

wpid-photogrid_1435412846212.jpgMuseum Sumpah Pemuda ini, menurut sumber dari Dikbud, sebenarnya adalah bekas rumah Sie Kong Liong yang dulu disewa dan dijadikan asrama oleh pelajar sekolah dokter pribumi STOVIA (School Tot Opleiding van Indische Artsen). Namanya asrama, tentu dipakai untuk ngobrol penuh idealisme sehingga lantas disebut sebagai Indonesische Clubgebouw alias rumah perkumpulan Indonesia, plus juga menjadi tempat latihan kesenian yang dikenal dengan nama Langen Siswo. Sesuai namanya, tempat ini dikenal dengan Gedung Kramat Raya 106 yang lantas menjadi Gedung Sumpah Pemuda karena merupakan tempat terikrarkannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Sudah lama sekali. Di tempat inilah banyak diskusi dilakukan, pun karya-karya sastra diciptakan.

Selengkapnya!