Pilus vs Virus

Kondisi pandemi COVID-19 tentu membuat saya dan Mama Isto harus mengajarkan tentang bahaya virus kepada anak yang hampir tidak batita lagi ini. Setidaknya, agar dia mau pakai masker kalau pergi ke warung. Dan ya sejauh ini berhasil. Dia tahu bahwa di luar lagi ada virus jahat warna oranye. Saya tentu nggak bilang bahwa kalau menurut JRX, virus jahat itu adalah ulah dari elit global. Bukan apa-apa, setahu saya, elit Global itu tentunya Harry Tanoe, sebagai pemilik dari MNC Group yang membawahi Global TV.

Konteks virus ini juga yang membuat dia masih baik-baik saja selama 2 bulan tidak sekolah karena sekolahnya libur gara-gara ada virus jahat. Soal nama aslinya adalah SARS-CoV-2, tentu nanti kapan-kapan saya ajarkan. Semoga ketika saatnya tiba, si virus hanya tinggal sejarah.

Nah, pada saat yang sama karena lagi doyan betul ke warung, maka secara kebetulan semesta anak ini mengenal pilus. Kebetulan doyan. Pilus kemudian menjadi pengalihan yang bagus karena dia lagi doyan Pringles. Bayangkan bahwa bapaknya hanya PNS biasa, bukan PNS DKI, apalagi PNS Pajak, kok bisa-bisanya doyan snack seharga 20 ribu sekali makan? Betul-betul harus disadarkan, dan untungnya pilus sangat membantu pengalihan itu.

Persoalannya kemudian adalah dia belum terlalu memahami perbedaan VIRUS dengan PILUS. Sehingga, dialog yang selalu terjadi adalah seperti ini:

Isto: Pa, Eto minta vi-rus (sambil bawa-bawa pilus)
Bapak: Pi-lus…
Isto: Vi-rus…
Bapak: Pi…
Isto: Pi…
Bapak: lus…
Isto: lus…
Bapak: Pi-lus…
Isto: Vi-rus…

Mana saat ini posisi dia sudah mulai nggak terima kalau salah dan kadang-kadang malah saya yang diajarin. Jadilah kami berdebat soal virus dan pilus saja setiap harinya~