Tag Archives: kps unpar

Menjelang Lomba

Bahwa saya mungkin nekat ketika mengiyakan ajakan kawan2 lama saya di CF untuk ikut lomba Choir. Ya, nekat.

Pertama, karena kebanyakan mereka berbasis di Tangerang dan sebagian lain Jakarta. Tapi begitu ada 1 orang Bekasi dan 1 orang Bogor ikutan, saya lalu berbisik, “Mosok sih aku nggak ikut?”

Kedua, dengan personel yang ting jlentreng di Jabodetabek, tentu intensitas latihannya nggak sering, dan harus pula berkualitas. Well, soal kualitas, tentu saya percaya kualitas teman-teman saya yang digembleng dengan batako di CF dulu. Hahaha..

Pada akhirnya saya setujui, dan saya sukses bolos beberapa latihan. Saya ikut 1 kali latihan di Taman Suropati, 1 kali di Gereja Theresia (Sarinah), dan 1 kali di Sekolah Stella Maris Gading Serpong. See? Hanya 3 kali! Kalau mau membandingkan dengan yang saya alami ketika ikut KPS Unpar IV tentu jauhhhh banget. Tapi, ya begitulah adanya.

Itu saja, saya sudah gila-gilaan. Ya, perjalanannya nggak semudah itu. Cikarang ke tempat-tempat itu bukan pula mudah. Ada cerita saya nunggu K67 di Blok M sampai 1,5 jam. Ada kisah saya menyaksikan hujan di dalam Agra Mas untuk perjalan Tangerang-Cikarang. Ada pula cerita dikasih tarif ojek yang alamakjang.

Dan lusa lombanya.

Dan pas pula, sudah 2 hari ini saya cumleng nggak karuan. Asli, langsung teringat kejadian lima tahun yang lalu.

2007.

Saya masih jadi panitia Titrasi dan sukses jatuh sakit di Sinolewah. Lalu? Ya, saya tetap berangkat menuju Bandung untuk lomba. Waktunya pas banget. Jadi pas lomba saya hanya perlu OBH untuk ekspektoran (sisa-sisa batuk).

Lha ini?

Entahlah. Memang sedang musimnya, karena seminggu ini saya sudah hujan-hujanan beberapa kali. Nanti juga sembuh.

Sebagai apoteker, saya sudah mendapat banyak pelajaran tentang sakit. Satu hal, sakit selalu ada penyebabnya. Sakit juga selalu memberikan dampak pada tubuh manusia. Dan tidak semua sakit bisa disembuhkan. Sakit bagi saya adalah keadaan tidak setimbang yang terjadi pada tubuh.

Misal, ketika sekarang, common cold menyerang saya. Ya ini karena si virus itu masih hidup. Nanti juga mati (kan self limiting). Sakit menjadi terasa benar karena kemudian saya HARUS kerja dan saya menjelang lomba.

Ya, semoga saya bisa. Ini lomba pertama sejak terakhir kali Desember 2007, alias sudah 5 tahun berlalu. Ini juga pertama tampil (lagi) sejak Maret 2011. Nyaris 2 tahun silam.

Sesungguhnya saya rindu menjadi berkualitas.
Semoga bisa 🙂

Pendadaran

Entah mengapa dan bagaimana saya jadi teringat soal pendadaran saya beberapa tahun silam, tepatnya sih 2 Januari 2008 (020108).

Jejak-jejaknya sudah dimulai dari bermalam tahun baru dengan slide presentasi, paling wagu sedunia kalau ini. Hehehe… Lalu saya mencoba tidur di tanggal 1 malam, sejak jam 8, dan… GAGAL!

Deg-degannya, entah mengapa dan bagaimana, membuat saya gagal tidur. Jam 4 pagi kemudian saya menjemput penguji di stasiun. Ehm, biar nggaya ini maksudnya. Saya antar ke hotel dan disana beliau menelepon teman dari grup yang sama dan masih/sudah bangun. Artinya? Yak, semua sama-sama sulit tidur. Hehehe..

Oke. Lanjut. Saya kemudian pulang dan akhirnya BERHASIL tidur 1 jam berkat bantuan Anti*o setengah tablet, sebuah miss-use oleh calon S. Farm.

Lalu dan lagi, saya bangun pagi-pagi sekali dan berangkat juga pagi sekali meski jadwal pertama bukan saya, kalau nggak salah Ana. Saya membantu dengan sepenuh hati mempersiapkan viewer dll, dan sungguh tidak mengantuk. Ketika itu langsung sadar kalau belum ada laptop. Ehm lagi, saya waktu itu masih kere, nggak punya laptop, masak ya bawa-bawa desktop kamar kos ke kampus?

Maka langsung capcus ke rumahnya Manda, lalu pinjam laptop, dan namanya terpatri indah di ucapan terima kasih skripsi saya di satu nomor. Hehehe..

Saya giliran ketiga, kalau nggak salah sesudah Rissa. Dan itulah, asli saya nggak ngantuk meski hanya tidur 1 jam. Apa sih yang saya takutkan? Entah!

Soal kostum. Well, celana yang saya pakai adalah satu-satunya celana kain yang saya punya, sejak semester 1. Celana yang sama dengan konser Melody of Memory, celana yang juga join di KPS Unpar, dan celana yang itu juga dalam Golden Voice Christmas Choir Competition. Sepatu? Ya sama juga. Hehehe..

Baju? Nah, yang ini punya bapak. Saya sungguh hanya modal beli DASI di Stock Well yang diskon. Udah.

Saya masuk, deg-degan, lalu didadar disana. Dan semuanya dijawab dengan lancar dan manis. Ternyata kalau skripsi itu digarap sendiri, nggak ada yang perlu ditakutkan. Itulah yang disebut keniscayaan. Kalau suatu metode kita tahu asal muasalnya, kelemahan adalah sesuatu yang bisa diakui, asal jelas. Yang pasti, kehancuran skripsi dan pendadaran adalah ketika kita tidak tahu apa yang kita tulis. Dan ini banyak, copy paste pasti penyakit utama. Syukurlah, saya nggak copy paste sama sekali. Skripsi saya justru dengan baik dan benar menjadi sarana untuk mencurahkan hasrat menulis yang lama lepas.

Oya, kalau mau cek, di skripsi saya, profil penulis ada di halaman 123. Hehehe.. Meskipun total jenderal sampai mau 200 karena ternyata tambahannya banyak sekali. Saya itu orangnya ya begitu, sampai profil penulis pun dipas-paskan dengan halaman 123.

Yahhh, itulah pendadaran. Saya tepar sepulangnya karena tidak tidur itu bikin ngantuk juga. Tanggal 3 saya datang lagi, membantu ujian teman lain, dan syukurlah sukses semua. Sorenya saya bablas ke Ambarawa, nyanyi koor manten dan mendapatkan SMS yang tidak dapat saya lupakan sampai saat ini.

Aku lagi ndelok foto-foto di jakarte. Entah mengapa aku merindukanmu.”

Hmmmmmmmmmm…