Lost in Bangka (3): Menumbing Heritage

lostinbangka_menumbing

“Langsung Menumbing, toh?” ujar Tintus selaku tuan rumah, segera sesudah saya memasuki mobilnya yang melesat mulus menjemput saya dan istri di bandara Depati Amir.

“Hooh.”

Tintus melaju dengan tenang, tentu saja karena Pangkal Pinang itu pada dasarnya bebas macet. Ini Pangkal Pinang, bukan Ciputat. Peralihan konteks itu penting, karena kalau di Ciputat, apalagi Cipulir hari Sabtu siang, duh, nggak tega saya ceritanya.

Saya sudah memesan hotel sejak dua pekan sebelumnya, lagi-lagi via reservasi.com, sama persis dengan tiket pesawatnya. Penyebabnya sederhana, harga. Sebagai pegawai ngeri, saya cukup paham bahwa hotel-hotel itu pada umumnya berpegang teguh pada Satuan Biaya Masukan (SBM) untuk menetapkan tarif. Maka, jika ada publish rate jegleg dengan government rate, ya jangan heran. Sebagai pemesan hotel sepanjang masa jika perjalanan dinas, saya memainkan kartu itu kala memesan Menumbing Heritage ini. Harganya sekian. Kemudian saya menghitung via reservasi.com, lah, lebih rumah, eh, murah! Langsung sabet.

Pertimbangan awal saya memesan Menumbing Heritage adalah karena di internet, hotel ini menjual bangunan lawas namun dengan sentuhan modern. Selain itu, Tintus juga merekomendasikan hotel ini meski kemudian ketahuan kalau istrinya kurang sepakat dengan rekomendasinya. Lagipula, kalau saya mau nginep di hotel-hotel seperti Soll Marina atau Santika, nanti kalau dinas juga bisa. Kalau sejenis Menumbing Heritage ini nggak semua orang berkenan kalau dinas, soalnya.

Begitu hampir sampai, saya baru ngeh bahwa Menumbing Heritage ini letaknya benar-benar di TENGAH PASAR. Duer. Kalau baca-baca di internet, hotel ini letaknya dekat PUSAT BISNIS KOTA PANGKAL PINANG. Ya, memang, rupanya pasar adalah pusat bisnis. Gitu.

Walau begitu, dijamin nggak ada rasa pasar di dalamnya. Hotel ini ibarat kotak di tengah pasar, tapi dalam kotaknya sama sekali berbeda. Dan sisi positif lainnya adalah hotel ini benar-benar bersebelahan dengan Gereja Katedral Pangkal Pinang. Mengingat perjalanan ini lintas Minggu, maka sekalian beribadah.

Cieh.

Menurut sejarah, Hotel Menumbing Heritage adalah hotel pertama yang berdiri di Pulau Bangka dan dicetuskan oleh Ishak Boentaran yang disebut juga dalam sejarah sebagai pencetus sekaligus pemrakarsa hotel ini. Nama Menumbing sendiri diambil dari salah satu tempat bersejarah di Indonesia karena duo Proklamator kita sempat diasingkan di situ. Lokasinya 136 kilometer dari Pangkal Pinang, ya di daerah Mentok sana, dah. Nah, sebenarnya kalau datang ke hotel ini, langsung bisa dibaca sejarahnya karena tertulis besar-besar di dinding diam-diam merayap, datang seekor nyamuk, HAP.

post1

Gedung asli dari hotel ini dibangun oleh Kapten Phang Tjhong awal 1900-an! Pada tahun 1960, gedung ini sempat menjadi basis komando distrik militer. Nah, Ishak Boentaran mulai merekonstruksinya pada tahun 1980 untuk kemudian menjadi salah satu hotel acuan di Pangkal Pinang kala itu.

Dengan harga sesuai SBM, sesungguhnya isi kamar biasa saja. Ya, kasur, televisi, mini bar, dan toilet sama saja. Bahkan toiletnya terbilang kecil jika dibandingkan dengan badan saya yang membesar karena kebanyakan konsumsi rapat ini. Namun positifnya, kita tidak berasa sedang ada di bangunan tua jika berada dalam kamar. Sudah pakai kartu juga, kok. WC-nya juga bersih dan modern, tidak kayak hotel lawas di Palu yang ketika membuka kloset harus berdoa dulu agar lumut yang melekat musnah secara paripurna.

Impresi pertama yang pasti kita temukan adalah lift. Mengingat gedung ini cagar budaya, maka liftnya juga khas cagar budaya. Tidak ada lift seperti hotel modern. Di hotel ini, masuk lift ibarat masuk ke WC dan WC-nya itu yang naik dan pintunya ketinggalan. Cakep pokoknya. Belum lagi menghitung spot-spot foto yang menawan di sekitar hotel. Ya, bagi saya hotel ini sungguh Instagram-able.

post3

Bonus yang terbaik adalah kolam dan restoran yang terpisah dari bangunan utama. Makanannya enak, baik sebagai room service, makan di tempat sebagai orderan biasa, maupun sebagai sarapan.

Sisi plus terakhir adalah hotel ini dekat dengan salah satu warung 24 jam yang hanya sedikit jumlahnya di Pangkal Pinang. Adalah kisah istri saya kelaparan pukul 1 pagi yang menyebabkan saya harus ngider mencari makanan pukul segitu, di kota orang pula. Saya nggak yakin akan menemukan hal yang sama jika saya menginap di Santika, apalagi Soll Marina.

Sungguh, jika ke Pangkal Pinang, menginap di Menumbing Heritage sungguh saya sarankan dengan sepenuh hati. Dari hotel inilah, petualangan Lost in Bangka akan dimulai. Tentunya, saya dan istri menunggu vlogger-jarang-ngevlog-padahal-kameranya-baru Rian Chocho Chiko dan istrinya terlebih dahulu. So, nantikan lanjutan perjalanan Lost in Bangka berikutnya!

Entah kapan! Heu!

post2

7 thoughts on “Lost in Bangka (3): Menumbing Heritage”

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.