[Review] Comic 8

TELAT!

Film ini sudah tayang berhari-hari dan saya baru ngetik review? Lah piye, saya juga barusan kelar nonton. Sesudah bertualang dari shuttle ke shuttle–bonus angkot–akhirnya bisa menjamah bioskop lain. Rasanya baru kali ini saya nonton di tanah kekuasaan Ratu Atut. Begitulah, orang sibuk, jadi baru sempat nonton. Selama ini saya sibuk mencari orang yang mau diajakin nonton Comic 8. Gitu, sih.

comic-8-140122c

Sudah cukup banyak review tentang Comic 8. Bahkan agaknya ini adalah film dengan review terbanyak, dan sebagian penulis yang juga blogger juga melakukan tinjauan untuk film ini. Tentu saja, diantara si Comic 8 itu saja, setidaknya ada Kemal dan Ernest yang penulis buku. Pandji-pun juga. Jadi, mungkin akan sia-sia jika saya mereview soal tokoh dan jalur cerita.

Eh tapi kalau jalan cerita, kayak sayang kalau nggak diceritakan. Sesungguhnya saya sendiri masih bingung dengan jalan ceritanya. Flashback-flashback yang diberikan memang dikemas cukup menarik, tapi sesekali membingungkan. Apalagi ketika ditambahi adegan dengan pembicaraan yang tampak terlalu panjang. Kenapa saya bingung dengan jalan cerita? Tentu saja karena ada banyak fakta di balik fakta. Bahwasanya antagonis tidak melulu antagonis, pun protagonis tidak selalu protagonis. Begitu komentar saya pada Comic 8 ini.

Secara umum, namanya juga perampokan bank, tentu saja adegan tembak-tembakan begitu mengemuka. Mungkin hanya Ernest yang pas megang senjata. Bahwa mukanya memang mirip ngkoh-ngkoh Glodok, tapi masih cukup masuk dengan model gengster ini. Cuma, entahlah, melabeli film seperti ini dengan R, agak saya pertanyakan gegara alasan senjata ini. Jangan salah, di Soegija pun saya mengkritik hal yang mirip.

Oya, satu lagi, guyon-guyon saru menjurus mesum memang menjadi hal yang cukup mengganggu ketika dilabeli R. Dengan konsep “Ejakulasi Dini Tanpa Hasil” – “Mandi Wajib” – “Pegang Bayar” – dll, rasanya R masih kurang oke. Kalau dianggap D, saya sepakat.

Adegan tembak-menembak juga dikemas bukan sekadar tembak-menembak. Model-model slow motions pada banyak adegan tembak-menembak bikin film ini berasa Matrix versi mini. Termasuk ke kaca pecahnya. Well, efek darahnya saja yang agak berkurang.

Apalagi ya?

Oh. Adegan menembak paling seru tentu saja antara Nikita Mirzani dengan Nirina Zubir. Mengingat Nirina pakaiannya lengkap begitu, maka sudah bisa ditebak kan serunya dimana? Lihat saja sendiri.

nikitamirzani

Hal menarik bagi saya justru dari sisi tempat. Dari awal banget sudah kelihatan bahwa Bank INI yang digunakan adalah Museum Bank Mandiri di Kota Tua sana. Saya ingat karena saya pernah mengelilinginya dalam rangka talkshow Tawa Dalam Cerita. Detail-detail yang ada disana digarap bagus, dan semoga tanpa merusak segala urusan sejarah yang ada disana.

Dan salah satu tempat yang paling utama harus saya tinjau dan pasti jarang dibahas di blog-blog lain adalah jalanan yang menjadi latar kejar-kejaran mobil. Iya, guys, I told you: tempatnya di Cikarang! Kebeneran sewaktu syuting ini saya lagi jalan-jalan ke Botanical Garden Jababeka, dan pas pulang kok ada rame-rame yang ternyata adalah syuting. Jalanan, pohon, perboden, dan segalanya memang memperlihatkan bahwa itu adalah jalanan yang hanya 2-3 kilometer dari kantor saya, dan hanya 1-2 kilometer dari kos-kosan. CIKARANG, MEN! CIKARANG MASUK FILM!

Tempat lainnya juga ada yakni Gedung Juang yang terletak di Tambun. Wah, Kabupaten Bekasi berjaya di Comic 8 ini. Monggo film-film lain. Semoga besok ada syuting The Avengers di Cikarang, deh. Siapa tahu bisa ketemu Hulk.

Cameo-cameo yang berseliweran di film ini juga menarik. Mulai dari Joe Project Pop, Kiki Fatmala–yang tetap menonjolkan keseksiannya, plus Coboy Junior! Ah, syukurlah, akhirnya saya tahu Iqbal itu yang mana! Thanks to Comic 8! 😀

Oya, abaikan logika dalam menikmati film ini karena dari awal tampaknya film ini memang menyuruh kita untuk tertawa, bukan untuk mikir. Itu dia sebabnya saya nggak sekeras ketika saya mengkomplain logika yang ada di Wolferine. Di film ini aneka logika tampak menjadi aneh, dan terjawab oleh aneka flashback, dan kalau mau dilogika sih juga nggak bakal masuk. Jadi, nikmati saja alurnya dan sementara kesampingkan logika. Logistik kan memang sudah ditaruh di samping. Awas, jangan salah ambil popcorn punya orang.

Film ini juga menampilkan bit-bit yang cakep SEJAK awal. Well, saya memang telat sedikit masuk bioskop. Tapi masih bisa kedengeran perihal keinginan Kemal dapat tiket konser JKT48, atau soal kata-kata “soalnya saya di Bekasi”. Semuanya menghibur banget. Dan jangan lupakan segala bit-bit-punchline yang berserakan di sepanjang film. Semuanya khas masing-masing. Ingat soal Ernest yang hitung-hitungan, Kemal dengan isu “mandi wajib” dan aneka kekhasan lainnya. Dan perihal ini, jangan sekali-kali tinggalkan credit filmnya. Semuanya asli lucuk! Pecah banget!

Begitulah. Film ini bagus sebagai hiburan, sesudah kita mengesampingkan logika. Aneka kalimat menohok comic-comic di sepanjang film agaknya mampu bikin kita tergelak. Apalagi kalau sudah urusan nyindir-nyindir pemerintah dan bangsa ini. Film ini juga berhasil menampilkan grafis memadai, meski nggak sebagus luar negeri. Film ini juga mengandung beberapa dialog kepanjangan, terutama di edisi flashback. Berasa, “kok nggak lanjut-lanjut sih?” Tapi overall, OK.

Sangat direkomendasikan untuk menyaksikan film ini untuk sekadar bikin ketawa. Sungguh terhibur. Meskipun yang bikin saya lebih terhibur adalah ketawa dari orang yang duduk di sebelah kanan saya.

Begitu saja. Semoga menambah khasanah pengetahuan tentang review ngawur.

KOMPOR GAS!

8 thoughts on “[Review] Comic 8”

  1. Kalo soal komedinya sih dapet banget mas. Yang jadi masalah emang jalan ceritanya. Nggak masuk akal aja gitu. Terus juga di film ini banyak bokepnya. Waktu gue nonton film ini, banyak anak-anak kecil yang tampangnya masih polos teriak-teriak ngeliat toket gondal-gandul. Tapi film ini keren lah! 🙂

    Like

  2. Gue udah nonton dan akhirnya puas dengan filmnya. Apalagi pas bagian credit, bikin ngakak.

    Oiya, kalo Jokowi jadi presiden, kami akan menguasai Jakarta hahaha. :))

    Like

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.